Jumat, 14 Desember 2018
Singgah tak Sungguh
Untuk kamu,
Yang pernah singgah tapi tak sungguh.
Terima kasih usap-usap rambutnya.
Untuk kamu,
Yang pernah singgah tapi tak sungguh.
Terimakasih lambai-lambai tanganya membantu motor saya berbelok.
Untuk kamu,
Yang pernah singgah tapi tak sungguh.
Terimakasih pukulan dan cubitan di punggung dan pundak.
Untuk kamu,
Yang pernah singgah tapi tak sungguh.
Terimakasih telah bersungguh-sungguh di dalam ketidak sungguhan.
Kamis, 01 November 2018
Bandung Deui
Priiiiiiiiiiiiiittt.
Peluit di bunyikan. Tanda perjalanan sudah dimulai. Masinis mulai menggulirkan rodanya. Terlihat anak kecil Mendadah-dadahkan tangan dari luar jendela. Entah terinspirasi oleh siapa, entah pak Harto, entah Obama. Bandung lagi. Lagi lagi Bandung. Harus kembali bertemu dengan Braga dan sekitarnya. Jauh-jauh ke bandung cuman buat ketemu Braga. Kalau Braga sih, dulu di Sleman juga ada, nomer punggung dua delapan.
Otakku dua. Berada di dengkul kanan dan kiri. Kita Harus bersiap. Sebelum tertekuk kurang lebih selama 8 jam. Kadang aku ingin jadi arem-arem, enak banget. dimanapun tempatnya, tubuhnya selonjor terus. Tapi aku urungkan niat menjadi arem-arem. Aku takut dijual pak kabul.
Selanjutnya aku tertidur selama beberapa jam di dalam kereta murah, Ku tutup wajahku dengan kertas koran tabloid bola edisi terakhir, "hei lihat itu, wajahnya di tutupi koran. Kayak korban tabrak lari". Bisik-bisik orang dari kejauhan. Suaranya yang teng plekenyik tak aku hiraukan. Cuman sedikit berdoa dalam hati, "semoga ndasnya ketiban koper dari atas, amin".
Ditengah mata kriyip-kriyip, terdengar langkah kaki balita berjalan dengan terhuyung-huyung doyong kanan doyong kiri, memakai sepatu cacit cacit di dalam kereta. Dari segi keilmuan yg saya miliki, manusia dewasa akan kesusahan berdiri di atas kereta, apalagi.. braaaak ! Lalu njlungup beneran. "Mampos kao bocah !", kataku dalam hati. Nangis dia, ibunya entah kemana, Begitulah getirnya fakta hidupmu. Tapi nggak perlu nangis juga sih. Cengeng amat jadi bayi. Gitu aja nangis. Bayi memang nggak pernah bisa bersikap dewasa. "Dasar childist", Gumam dalam hati.
Perjalanan menyebrangi punk hazard sepertinya akan segera berakhir, bersamaan dengan berhentinya tangis balita anoying. Setelah beberapa hari tubuh dan wajah ditampar habis-habisan oleh matahari jogja, akhirnya saya akan kembali ke sisi lain dari punk hazard. Saya akan kembali berlatih menjadi orang dingin. Dingin hati, dingin sikap, dingin pikiran, dingin-dingin empuk juga.
Benar memang. Sebagai orang Jogja hanya dihadapkan dengan dua pilihan. Tetap tinggal, tapi harus siap ditinggal oleh orang-orang terbaik. atau pergi, meninggalkan orang-orang terbaik. Bunda, menangislah. Karena Jogja memang kota yg diciptakan dari air mata orang-orang yang harus pergi dan ditinggal pergi.
See you jogs !
Kamis, 11 Oktober 2018
Fauzan dan Ludahnya
Bandung, Home base nya bala-bala, cilok, cireng, tahu bulat, makaroni, siomay, dan seblak. Sekelompok gudeg mania dan arem-arem mania mencoba away day ke bandung untuk mendukung apa yang ingin mereka dukung. Pertandingan di mulai. Seisi stadion bergemuruh meneriakan chant rasis terhadap gudeg, arem-arem, dan bakwan. "Bala-bala, gorengan sama saja, asal jangan bakwan, bakwan itu bala-bala ~"
Dilanjutkan chant berikutnya, "lontong sayur lontong nasi sama saja, asal jangan arem-arem, arem-arem itu lontong sayur~".
Merasa terpojokan, gudeg mania membalas dengan chant, "gudeg arem arem, kita saudara. Gudeg arem-arem kita saudara, bumi itu bulat, tahu itu datar !"
Keadaan yang semakin memanas membuat kondisi stadion semakin tidak kondusif. Ditengah ketidak kondusifan, ada arem-arem yang memegang erat tangan bala-bala. "Bala-bala, aku mencintaimu". Lalu bala-bala menjawab "akang arem-arem, aku juga mencintaimu, tapi orang tuaku tidak akan menyetujui jika aku menikah dengan arem-arem". Lalu sekumpulan bala-bala mania menarik bala-bala untuk menjauhi si arem-arem. Genggaman tangan mereka terlepas "lepaskan neng bala-bala, dia kekasihku ~". Lalu bala-bala menjawab , " akang arem-arem, tolonglah akkk..... " lalu pintu helikopter ditutup. Neng bala-bala dibawa pergi menggunakan helikopter. Bersambung.
Rabu, 08 Agustus 2018
Kuliah Umum Dosen Sapi
Beberapa hari menjelang hari pembantaian kambing dan sapi secara besar-besaran, saya pun berusaha mewawancarai sapi yang tanggal kematiannya sudah ditentukan oleh manusia.
Hay sapi, apa kabar ?
“moooooooh”
Bagaimana perasaan anda menjelang hari kematian anda ?
“emoooooooh”
Ayolah jangan emoh-emoh terus. Beri saya penjelasan yang detail mengenai perasaan anda saat ini.
Lalu sapi pun memulai perkuliahan hari ini dengan pertanyaan,
“pernah nggak sih kalian hidup hanya untuk mati ?” sepersekian detik saya merenung.
Ditengah renungan saya, dia kembali menghentak dengan pertanyaan kedua,
“pernah nggak sih kalian membayangkan perasaan saya sebagai suami, melihat susu bojo saya di remas-remas oleh laki-laki lain ?”
Saya kembali merenung. Sialan. Kenapa saya jadi merasa bersalah begini.
“Sesungguhnya setiap hari kalian telah meminum susu bojoku, kalian telah melakukan sexual harassment kepada bojoku, tapi kami tidak pernah mengadu kepada siapapun. Jika itu di pidanakan, kalian sudah pasti terkena pasal pelecehan seksual dengan hukuman seumur hidup karena melakukanya secara ber ulang-ulang. Itu dosa kalian yang pertama. Dosa kalian yang kedua, kalian membunuh bapak ibu sapi tanpa memikirkan perkembangan psikologi anak sapi. Semua sapi di dunia ini adalah yatim piatu, hidup tanpa bimbingan orang tua, tapi mereka tidak pernah keluar malam, melakukan klitih dan tidak pernah mabok-mabokan. Padahal mereka bisa saja mengonsumsi jamur di tai nya sendiri untuk merasakan sensasi nge-fly, tapi tidak dia lakukan karena mereka tau apapun yang memabukan adalah haram. Apakah kalian pernah berfikir sampai sejauh itu tentang sapi ?”
Saya tidak bisa menyanggah argument sapi yang memiliki kebenaran mutlak tersebut. Oke dosen sapi, anda benar-benar membuka cakrawala saya. kini wawasan saya jauh lebih terbuka setelah mendengar pendapat anda.
Pertanyaan saya yang berikutnya, bagaimana anda bisa hidup tanpa HP, tanpa paketan, dan tanpa pakaian ? lalu apa yang anda rasakan menjadi sapi Idul Adha ?
“saya bisa hidup puluhan tahun tanpa hal-hal tersebut. Menurut saya hal-hal tersebut tidak penting. Coba lihatlah kakek nenek kalian, mereka tetap bisa bertahan hidup tanpa HP dan koneksi internet. Yang membedakan hanyalah mereka pakai pakaian dan saya tidak memakai pakaian. Tak masalah orang-orang melihat tubuh saya telanjang di dalam kandang. Berlumuran tanah, berlumuran debu, asal masih bisa berdiri dan masih bisa mengunyah makanan yang disediakan, semua akan tetap baik-baik saja.
Sejujurnya saya tidak punya agama, karena saya dibesarkan tanpa ayah dan ibu, karena mereka selalu disembelih terlebih dahulu sebelum saya menginjak usia dewasa, saya tidak solat, saya tidak ke gereja, saya tidak ke kuil, dan saya tidak pernah beribadah. Tapi saya percaya dengan Tuhan. Saya tidak pernah menghina Tuhan, saya selalu berterimakasih kepada Tuhan karena memberikan tubuh yang sempurna, tak kedinginan jika malam hari, dan tak kepanasan jika siang hari. Saya tak pernah bingung besok di sembelih atau tidak, besok masih hidup atau mati, saya tidak pernah menanyakan hal itu ke Tuhan. Tuhan sudah mengatur jalan hidup setiap-setiap makhluknya.
Saya heran kenapa masih ada makhluk yang bunuh diri, khususnya manusia, padahal tinggal di tunggu pun kita juga bakalan mati. Hidup hanyalah tentang menunggu antrian mati, kenapa sih harus menyerobot antrian dengan cara bunuh diri. Mungkin orang-orang yang nyerobot antrian mati lewat bunuh diri ini semasa hidup di dunia juga suka nyerobot antrian di atm, di pom bensin, dan antrian-antrian yang lain. Saya pun siap mati kapan saja, dimana saja, tapi bukan dengan cara menyerobot antrian lewat bunuh diri, tapi lebih ke menyerahkan diri, seperti Gold.D.Roger.
Ada sapi yang menjadi sapi perah, ada yang menjadi sapi pembajak sawah, dan sapi khusus idul Adha seperti saya ini. Begitupun manusia, ada yang menjadi presiden, ada yang menjadi dokter, ada yang menjadi guru, ada yang menjadi artis. Jika sudah banyak makhluk yang seperti itu, biarlah saya tetap menjadi sapi idul Adha seperti ini. Bukan soal tampil beda, tapi agar keseimbangan peran tetap terjaga. Kalau semua sapi di dunia ini ingin menjadi sapi peliharaan yang disayang-sayang, lalu siapa yang berperan menjadi sapi idul Adha untuk di sembelih ? bukankah itu peran yang harus saya jalankan ?”
Sialan. 2-0. argument sapi yang kedua ini juga memiliki kebenaran absolut. Tidak bisa saya sanggah. Benar-benar pengalaman yang berharga bisa ngobrol secara langsung dengan sapi idul Adha.
Pertanyaan saya yang terakhir untuk dosen sapi, dan mungkin ini yang paling penting, adakah pesan yang ingin anda sampaiakan kepada sapi lain atau kepada manusia ?
“Untuk para sapi-sapi pemberani yang tak pernah takut mati, walau golok raksasa mengancamu sewaktu-waktu. kita adalah golongan sapi-sapi yang sudah dijamin masuk surga. jangan bersedih hati karena kehidupan di dunia hanyalah sementara, kehidupan di surga kekal. semoga di surga kita bisa menyembelih manusia sesuka hati. Wahai manusia, Sesuap daging sapi tak terlalu beresiko, itu tak berbahaya. Takut meninggal karena darah tinggi ? alah, omong kosong. Andai setiap idul adha kalian melewati ancaman pembunuhan, kau akan merasakan apa yang kami rasakan. Kami pun berkeluarga, beranak pinak dan sejahtera. Kami harus melahirkan anak sapi dari perut ibu yang bergizi. Agar kelak bisa menjadi sapi yang gagah berani, syukur-syukur bisa kuliah di luar negeri.
Kenapa kau bisa semudah itu membunuh keluarga kami ? apa kau Tuhan ? bisa semena-mena berkehendak menentukan siapa yang akan mati hari ini. waktu bayi naluri membunuhmu masih tumpul. Semakin dewasa kau di ajarkan menjadi pembunuh yang ulung. Seolah-olah tindakan pembunuhan sapi adalah hal yang wajar. Setelah kau bunuh pun, terkadang masih sering kau patahkan buntut kami untuk kau jadikan sop.
Sejujurnya, kami tidak takut. Kami adalah pemberani, hari Minggu kau jadikan ayahku tongseng, Seninnya kau jadikan ibuku gule . Hari Selasa ku tantang kau sendiri. Tanpa ayah, tanpa ibu. Akhirnya hari Selasa aku pun menjadi sate. Mati dengan gagah berani, mati di telapak tangan sang tukang jagal. Sambil di iringi kalimat takbir. Walau besok hari selasa aku akan mati, teman-temanku akan selalu hadir kembali, selalu ada, selalu nyata, dan berlipat ganda.
Lebih baik mati dibunuh manusia daripada mati dibunuh teman sendiri. Kami sesama sapi memiliki jiwa peri kesapian, sesama sapi tak akan pernah salling membunuh. Kalau manusia ? ah memang luar biasa makhluk yang satu ini. jangankan sapi, semua hewan aja dibunuh. Belum pernah kulihat ayam membunuh ayam, kambing membunuh kambing, sapi membunuh sapi."
"Kalau manusia membunuh manusia ?"
x
Sabtu, 04 Agustus 2018
Bantul Ndung (3)
Dingin masih menyengat. Saya pandangi gedung sekolah pasca sarjana universitas pendidikan indonesia. Gedung dengan 6 lantai dan serambi yang sangat luas. Berlahan saya masuki gedung tersebut. Saya melihat lift di bagian tengah ruang lantai 1. tanpa berfikir panjang saya langsung menaikinya. Setelah sampai di lantai 5, orang-orang pun melihat saya dengan tatapan sinis. What wtong man ? . saya tidak peduli.
Akhirnya masa orientasi di mulai. Pundi-pundi pertemanan mulai bertambah satu-persatu. Rektor pun memberi sambutan yang cukup bagus di orientasi tersebut. Ternyata orang-orang yang bisa masuk ke gedung ini bukan orang sembarangan. Dan saya termasuk salah satunya. Walaupun saya merasa saya adalah orang sembarangan. dari ribuan pendaftar, hanya 21 mahasiswa yang diterima di prodi saya. Wow !
saya bertemu dengan rifky, local hero UPI. mahasiswa asli UPI, setelah lambat laun bercerita, akhirnya dia menceritakan tentang hukum tidak tertulis yang menyatakan bahwa naik lift bagi mahasiswa olahraga adalah hal yang memalukan. jika memang itu terjadi, akan ada sanksi sosial berupa pandangan sinis dari khalayak sekitar. oke, terjawab sudah kenapa tadi saya dipandang sinis oleh beberapa orang.
Lalu saya pun bertemu dengan sosok bernama akbar. Dia berasal dari aceh. Dia menceritakan tentang segala ke acehan nya yang membuat saya geli. Tentang bioskop yang di bedakan antara kaum laki-laki dan perempuan, tentang konser yang tidak boleh di selenggarakan malam hari, sudah di selenggarakan siang hari, masih di pisah pula antara laki-laki dan perempuan. Tentang ganja yang begitu banyak, tentang tsunami yang pernah menghantam aceh beberapa tahun silam.
Yang paling menggelikan adalah tentang kolam renang di aceh. Perempuan harus tetap menggunakan krudung dan leging yang menutup seluruh tubuhnya. Leging pun belum cukup untuk menutupi aurat, masih ditambahi rok, begitu katanya. tapi bukan itu puncak geli nya. di aceh, jika ada event nasonal seperti popnas ataupun pon, yang paling banyak penontonya bukan cabang olahraga sepak bola ataupun bola voli, tapi renang. Ada apa gerangan ? ternyata penonton hanya ingin melihat wanita menggunakan pakaian renang secara legal dan sah. Mungkin atlet dari aceh memang masih menggunakan hijab, tapi penonton fokus melihat atlet-atlet yang berasal dari luar aceh. Sialan-sialan. Dia juga menceritakan biaya ke thailand dan biaya ke malaysia jauh lebih murah dari biaya ke jakarta. Bagi dia, jalan-jalan ke luar negeri adalah hal yang mudah. Jalan-jalan ke pulau jawa adalah hal yang susah.
Itu hanya tentang dia yang berasal dari bandung dan aceh. Lainya yang juga berasal dari luar jawa belum saya tanyain. Tunggu aja.
Bersambung…
Kamis, 02 Agustus 2018
Bantul Ndung (2)
Bantul ndung. Tenang saja. Hidup hanyalah tentang cara menyikapi suasana ke suasana tanpa harus kehilangan semangat. Setelah kamar samping kanan sudah saya ajak kenalan, giliran kamar samping kiri yang saya ajak kenalan.
Perkenalkan a’, Fauzan dari Jogja.
“ Oh Pauzan dari Jogja ? iya, iya salam kenal.”
Fauzan a’, bukan pauzan.
“Iya pauzan kan ?”
. Fauzan, pakai F. bukan pakai P.
“iya pakai F, Pauzan kan ?.”
Coba a’ ikuti pelan-pelan. F. “iya F”. A. “iya A”. U. “iya U”. Z “iya jet”, Zet a’ bukan jet. “iya jet”. ( terserah elu deh a’). A. “iya A”, N. “iya N”.
Jadi F-A-U-Z-A-N !
“iya, P-A-U-J-A-N kan ?!”
Terseraaaaah, terseraaaaah oh terseraaaaah. Capek aing euy. “Pawang ujan” juga nggak papa, pokoknya terserah. Samping kanan ada aa’ ndasmu njungkel, samping kiri ada aa’ pawang ujan. Oke fine. Saya sudah bisa membayangkan apa yang akan terjadi selama beberapa bulan kedepan.
Percayalah, kos saya tidak lebih baik dari penjara eksklusif di rutan sukamiskin. Sepersekian detik bahkan saya berfikir lebih nyaman di penjara daripada di kos-kosan. Tapi sepersekian detik kemudian saya berfikir jika saya di penjara pasti saya tidak bisa melanjutkan kuliah. Akhirnya saya memilih hidup di kos-kosan.
Tadi malam sekitar pukul 23.30 WIB ada teteh-teteh pakai krudung putih ngintip dari samping jendela kamar. Kabarnya sih teteh bandung cantik-cantik. Tapi yang ini kok wajahnya agak aneh ya. Pakai krudung putih, lagian ngapain juga krudungnya di kucir. Aneh banget. Lalu saya lihatin lagi, tapi dia sudah nggak ada. Mungkin dia malu. Saya pun juga malu sih kalau di lihatin terus.
Paginya, matahari di angkat dari tempatnya pukul 06.00 WIB ( waktu indonesia bandung ). Mataharinya masih hangat, tapi tidak bisa langsung di santap. Masa orientasi pun siap dimulai. Setelah selesai melakukan ice bucket challenge, saya pun dengan sigap memakai pakaian khas mahasiswa baru, hitam putih. Dengan berjalan kaki, saya pun berangkat ke kampus dengan riang gembira. Ingin sekali aku berjalan sambil melompat-lompat, tapi tidak saya lakukan karena saya malu. Sambil sesekali melihat chat whatsapp di hp, “pak, bakal balik ke mudaba enggak ?”, “pak kok nggak pamitane”, dan lain-lain, dan sejenisnya.
Entah selama ratusan hari kedepan, entah menjadi orang seperti apa aku ini, aku pun belum bisa membayangkan. “12 purnama akan ku lalui, semoga nona sudi menunggu hingga aku kembali”. itu adalah gaya tulisan Wijang Pulung meniru AADC yang pasaran itu. Tai lah.
Akhirnya langkah saya pun telah sampai di gedung sekolah pasca sarjana lantai 5, Universitas Pendidikan Indonesia. ( UFI ).
Bersambung…
Rabu, 01 Agustus 2018
Bantul Ndung.
Bantul ndung. Tenang saja. Hidup hanyalah tentang cara menyikapi suasana ke suasana tanpa harus kehilangan semangat. Mutiara selatan datang dari sebelah timur menuju ke barat. Di tiket tertulis gerbong nomor 3 kursi 4A. saya bersama saya sendiri masuk melalui pintu bagian belakang. Tak ada yang menarik, semua berjalan sewajarnya. Kurang lebih 8 jam perjalanan dari Jogja ke bandung. Di pagi hari pukul 08.33 wib seharusnya kita sudah sampai. Tapi karena rel kereta apinya macet, menjadi molor sampai jam 9.00 wib. Di tengah kemoloran itu saya pun kebelet eek.
Eek sambil naik kereta tidak enak. Tadi saya kepleset satu kali saat jongkok. Engkel kaki saya ketekuk. Tapi saya diem aja. Pura-pura tidak ada yang melihat. Kenyataanya memang tidak ada yang melihat. Engkel terasa sakit, tapi tetap pura-pura semua baik-baik saja setelah kembali ke tempat duduk. “kakinya kenapa mas ? kok jalanya pincang-pincang ? “ Enggak bu nggak papa. Ingin sekali aku menjawab “kepleset waktu eek bangsat”.
Eek di kereta enggak enak. Saya selalu gagal memasukan tai kedalam lubang sasaran. Selalu meleset. Karena goncangan yang tidak bisa diprediksi, karena saya tidak tau kereta akan belok kanan atau kiri. Lalu saya harus membersihkan sisa-sisa tai yang menempel di kloset karena tidak tepat sasaran. Akhirnya saya berhasil menghilangkan jejak. Tai lah tai.
Menyamnbut pagi yang lapar, disamping stasiun ada warung makan khas sunda dengan bakwan gorengnya. Pak, bakwannya satu berapa ? “??????”. bakwan a’ bakwan. “ohhh, bala-bala ?” bakwan a’ ! “ini namanya bala-bala dek”. Sialan ngotot juga nih bapak. Udah saya benerin tetep aja ngotot. “Naon teh bakwan ?”. apaan teh di campur bakwan. Saya nggak pesen teh bakwan pak !.
Blunder terbesar ketika pergi ke Bandung adalah tidak membawa selimut. Saya terlalu meremehkan iklim bandung. For your information, di Bandung, Ice bucket challenge dirayakan setiap pagi dan sore. Alias mandi ! Kalau di mas kobis air es harganya seribu, di Bandung, air es gratis, satu bak mandi. Saya langsung dengan cepatnya mencari kos-kosan agar langsung bisa leha-leha sekalian istirahat. mas, saya fauzan mas, perkenalkan. “Oh Fauzan, dari Medan ya ?”. Medan ndasmu njungkel, kata saya lirih. “naon a’ ndasmu njungkel ? lalu saya memberi contoh bagaimana ndas njungkel. “ oh, kepala kebalik ?” nah iya. Itu ndasmu njungkel. Saya dari Jogja mas, bisa-bisanya dikira dari Medan. Apa kah wajahku ini seperti boris bokir ?
Bersambung…
Rabu, 20 Juni 2018
Me vs You
Kapan laki-laki mengeluh "enakan jadi perempuan" ?
Kapan perempuan mengeluh "enakan jadi laki-laki ?".
Berdasarkan survey pribadi :
Laki-laki mengeluh "enakan jadi perempuan" di saat :
1. Setiap mau berangkat jumatan di hari jumat.
2. Menjadi imam saat solat.
3. Lokasi-lokasi yang memungkinkan kejadian ladies first, seperti tempat duduk didalam bis kota, halte, dll.
4. Saat kondisi hujan dan Cuman membawa satu mantol mode egois padahal boncengan berdua dengan perempuan.
5. Saat si kampret kejepit rit sleting.
6. Detik-detik antri sunatan.
Berdasarkan survey pribadi beberapa bulan, ( setelah minum kiranti, memakai pembalut, memakai miniset & bra, membuncitkan perut seperti ibu hamil) Perempuan mengeluh "enakan jadi laki-laki" disaat :
1. jongkok di wc saat mengandung bayi 6 bulan. (daya tahan kaki hanya 1 menit, setelah itu gringgingen, sumpah)
2. Memotong kuku jempol kaki saat mengandung bayi berumur 6 bulan. (Tangan sangat sulit menjangkau jempol kaki dikarenakan perut ngganjel)
3. Saat proses kehamilan harus membeli baju dan celana baru karena sudah tidak sesuai ukuran.
4. Saat proses persalinan. (Kalau yang ini masih kayaknya, belum pernah survey pribadi)
5. (Kayaknya) Saat menstruasi.
6. Saat puasa ramadhan tidak bisa satu bulan full dan harus diganti di bulan lain. ( yg ini sudah melalui proses survey pribadi)
Oke sekian.
Jika ada yang mau menambahi silahkan di tulis di kolom komentar. Persepsi pribadimu sangat membantu dalam dunia "oh ternyata gitu".
Minggu, 10 Juni 2018
Hewan Peliharaan.
Apakah kamu pernah merencanakan sesuatu tapi gagal. Atau justru yang direncanakan matang matang malah lebih sering gagal ? Ya sama. Saya pun juga begitu. Rencana saya dalam jangka panjang selalu gagal. Mulai detik ini, Saya tidak pernah merencanakan tentang 4 atau 5 tahun yang akan datang. Saya selalu merencanakan yang saya harapkan sampai nanti pukul 24.00. Untuk hari ini, biarlah untuk hari ini. Hari esok biarlah untuk hari esok. Karena setiap hari memilki momentumnya masing masing. Percuma merencanakan untuk seminggu kedepan sedangkan besok pagi masih hidup atau mati aja masih mbuh-mbuhan.
Saya tak pernah membuat planing matang-matang. Percuma planing matang-matang. Kalau Tuhan selalu ikut campur. Tuhan selalu cekikikan dari atas ketika ketika membuat rencana rencana yang manis. Tanpa kita sadari kita hanya merencanakan hal-hal indah tanpa membayagkan rencana buruk yang selalu ingin hadir menemani. Jika hari ini sesuai rencana, Seharusnya saya sudah menikah dengan mantan saya yang tidak terlalu cantik itu. Mungkin sekarang istri saya sedang mengandung anak saya yang pertama. Tapi apa yang terjadi di kenyataan ? Bulshit ! Saya masih bengong di depan teras rumah sambil mainan hape seperti ini. Dulu saya juga merencanakan dengan mantan punya anak dua. Satu laki satu perempuan. Dan sudah merencanakan nama namannya. Tapi yang terjadi adalah bulshit. Tuhan selalu cekikikan di atas sambil bilang, Kamu siapa to kok ngatur ngatur ? Emang kamu Tuhan ? Yang Tuhan itu saya lo. Kira-kira begitu. Sekarang saya seperti peliharaan Tuhan yang menurut apa yang diperintahkan Tuhan. Seperti setiap saat Tuhan memliki hak prerogratif untuk mengacaukan kehidupan saya dan membunuh saya. Mungkin hidup ini seperti sangkar di dalam sangkar. Didalam nya masih ada sangkar. Begitu seterusnya. Tanpa kalian sadari, sebenarnya kita ini juga hewan peliharaan lo !
Sabtu, 09 Juni 2018
Waktu yang Tepat untuk Marah
Masih pagi kok udah marah-marah..
Brarti kalau siang boleh marah ?
Siang hari jangan marah-marah,
hawanya sudah panas, jangan nambahi panas..
Brarti nanti malem bisa marah nih ?
Udah malem, jangan marah-marah
jangan bikin ribut..
ngganggu tetangga,
mending buat tidur..
Yaudah besok pagi aja marahnya..
Sudah pagi, saatnya marah..
Tapi masih pagi kok udah marah..
Udah. Gitu aja terus..
Sampai patrick punya wudel.
Inilah waktu yang tepat untuk marah..
Brarti kalau siang boleh marah ?
Siang hari jangan marah-marah,
hawanya sudah panas, jangan nambahi panas..
Brarti nanti malem bisa marah nih ?
Udah malem, jangan marah-marah
jangan bikin ribut..
ngganggu tetangga,
mending buat tidur..
Yaudah besok pagi aja marahnya..
Sudah pagi, saatnya marah..
Tapi masih pagi kok udah marah..
Udah. Gitu aja terus..
Sampai patrick punya wudel.
Inilah waktu yang tepat untuk marah..
Selasa, 29 Mei 2018
Asu tanpa Ransi
Kembali Mencintaimu adalah hal ternekat dalam hidupku. Aku ini siapa sih ? Berani beraninya kembali muncul dan mencintaimu. Binatang jalang ? Oh bukan. Aku bukan Chairil anwar. Aku ini siapa sih ? Insan ? Atau sapi ? Ah ternyata aku cuman aides aigepty. Yang nekat menyedot darah manusia walau tau suatu hari akan tertablek juga.
Ah kamu semakin cantik. Sialan. Gaya rambut menyerupai kamidia radisti pun membuat pesona tak terbendung. Jantungku serasa dipantul-pantulkan ke lantai oleh kevin durant. Oh inikah cinta ? Saya sudah tau betul ciri-cirinya. Ini memang cinta ! Cinta itu memang asu, tanpa ransi. Cinta itu daun kemangi di kobokan pecel lele, di unyel unyel lalu dibuang. Cinta itu daun pisang bungkus sego kucing. Nasi habis, di untel-untel lalu dibuang.
Ah sudahi saja semua ini. Cuman mau bilang, Aku masih tetap mengaggumimu. Mirip saat pertama bertemu.
Ah kamu semakin cantik. Sialan. Gaya rambut menyerupai kamidia radisti pun membuat pesona tak terbendung. Jantungku serasa dipantul-pantulkan ke lantai oleh kevin durant. Oh inikah cinta ? Saya sudah tau betul ciri-cirinya. Ini memang cinta ! Cinta itu memang asu, tanpa ransi. Cinta itu daun kemangi di kobokan pecel lele, di unyel unyel lalu dibuang. Cinta itu daun pisang bungkus sego kucing. Nasi habis, di untel-untel lalu dibuang.
Ah sudahi saja semua ini. Cuman mau bilang, Aku masih tetap mengaggumimu. Mirip saat pertama bertemu.
Jumat, 04 Mei 2018
Dendam Kesumat
Di langit-langit atap tak ada bintang, tak ada bulan.
Tapi ada cicak, mulai mengibas-ngibaskan buntut.
Hitam putih di brutu nya mulai merekah.
Aku pun deg-degan.
Seperti ingin membuat vandalisme di pipiku.
Membuat vandalisme dengan hitam putihnya yang merekah di brutu.
Jantungku mulai berdegup kencang.
Aku takut akurasi brutu nya tidak titis.
Yang seharusnya dia curahkan di pipi malah meleset kebagian mulutku yang mangap.
Ah, kenapa saya malah mangap-mangap di bawah kibasan ekor cicak ?
Lalu aku dengan terburu-buru langsung pergi dari area target pengeboman.
Lalu, hal yang dia inginkan benar-benar terjadi.
Aku melihatnya dengan cermat, meluncur deras dengan bantuan gravitasi 10m/s.
Meluluh lantakan seprei kasur yang baru saja saya ganti !
Sial !
Lalu dia pergi begitu saja seolah-olah itu hal yang biasa.
Aku sangat dendam.
Ingin sekali aku membalasnya.
Ingin sekali aku bisa merayap di tembok, mencari cicak yang melata di lantai, lalu aku jatuhi dia dengan coklat pekat, blar !
Mampus kau di koyak koyak tai.
-tamat, dendam kesumat.
Tapi ada cicak, mulai mengibas-ngibaskan buntut.
Hitam putih di brutu nya mulai merekah.
Aku pun deg-degan.
Seperti ingin membuat vandalisme di pipiku.
Membuat vandalisme dengan hitam putihnya yang merekah di brutu.
Jantungku mulai berdegup kencang.
Aku takut akurasi brutu nya tidak titis.
Yang seharusnya dia curahkan di pipi malah meleset kebagian mulutku yang mangap.
Ah, kenapa saya malah mangap-mangap di bawah kibasan ekor cicak ?
Lalu aku dengan terburu-buru langsung pergi dari area target pengeboman.
Lalu, hal yang dia inginkan benar-benar terjadi.
Aku melihatnya dengan cermat, meluncur deras dengan bantuan gravitasi 10m/s.
Meluluh lantakan seprei kasur yang baru saja saya ganti !
Sial !
Lalu dia pergi begitu saja seolah-olah itu hal yang biasa.
Aku sangat dendam.
Ingin sekali aku membalasnya.
Ingin sekali aku bisa merayap di tembok, mencari cicak yang melata di lantai, lalu aku jatuhi dia dengan coklat pekat, blar !
Mampus kau di koyak koyak tai.
-tamat, dendam kesumat.
Minggu, 29 April 2018
Tamasya.
Lebih baik sekarang aku pergi tamasya.
Ke kamar mandi.
Menikmati wahana air terjun
Yang airnya bersumber langsung
Dari sumur belakang rumah.
Aku selesai mandi.
Sepertinya ada unsur kesengajaan.
Erin menaruh sabun daerah kewanitaan disamping sabun pencuci wajah.
Agar terjadi chaos dalam hal pengambilan.
Wajahku wangi aroma ***** .
Tamasya yang menyenangkan !
Ke kamar mandi.
Menikmati wahana air terjun
Yang airnya bersumber langsung
Dari sumur belakang rumah.
Aku selesai mandi.
Sepertinya ada unsur kesengajaan.
Erin menaruh sabun daerah kewanitaan disamping sabun pencuci wajah.
Agar terjadi chaos dalam hal pengambilan.
Wajahku wangi aroma ***** .
Tamasya yang menyenangkan !
Senin, 19 Maret 2018
Pohon itu Jahat !
Telah sampai dititik pemahaman, bahwa pohon itu ternyata tidak sebaik yang saya bayangkan. Kalau siang hari sok baik ngasih keteduhan dan kesejukan, eh kalau malem diem diem nyuri oksigen. Kalau yang di curi cuman hape gitu mah nggak papa. Lah, ini oksigen bos. Tanpa oksigen manusia bisa mati. Walau tanpa hape kayaknya juga bisa mati. Enak ya jadi orang kota, hidup tanpa pohon, kalau malem tidurnya nyenyak, nggak ada pencuri oksigen bernama pohon. Coba bayangkan orang desa, rumahnya di kelilingi pohon, pohon, dan pohoooon !. Setiap malam kita sesak nafas. Kita harus bertempur merebutkan oksigen. Walau pohonnya di luar rumah sekalipun, kalau itu jumlahnya banyak, ya tetep mengerikan !
Oksigen yang seharusnya dikonsumsi sesuai kebutuhan malah di ambil sebanyak-banyaknya oleh pohon. Pohon mengeksploitasi oskigen. Benar benar kapitalis. Pohon mengambil oksigen demi perutnya sendiri, demi batangnya sendiri. Batangnya tambah gendut, tubuhnya tambah tinggi. La manusia ? Mati di usia rata-rata bos ! 75 tahun sudah sesak nafas batuk-batuk gars gara siapa ? Ya gara-gara pohon ! Oksigennya di curi pohon ! Pohon mah bodo amat, umurnya bisa sampai ratusan tahun. "Yang penting mah saya hidup panjang umur, manusia mati mah bodo amat, hahaha". Gitu ya hon ?. Kalau siang sok ngasih kesejukan padahal dia sedang menjilat agar terlihat baik. Emang kurang ajar lah si pohon ini.
Setiap malam tidur saya nggak pernah nyenyak. Itu yang membuat saya sering begadang. Yaitu menjaga oksigen agar tidak ada pohon yang masuk ke dalam rumah. Sisa oksigen di dalam rumah tinggal sedikit. Jangan di ambil lagi donk hon ! Elu kan udah gendut. Kalau udah gendut batangnya udah gede, lalu nggak kuat berdiri, terus ambruk, njatuhin rumah njatuhin mobil, siapa yang rugi ? Ya manusia lagi. Sekarang saya sadar. Penebang liar itu ternyata tidak salah. Dia hanya melakukan pemberontakan. Mengambil kembali oksigen yang seharusnya untuk manusia, yang malah di simpen di batang pohon demi panjang umurnya. Pohon memang jahat.
Tertanda, Front penebang pohon.
Senin, 22 Januari 2018
Dia adalah Simbahku : 1928.
Yang masih punya simbah kakung dan simbah putri, yang usianya di kisaran 80 tahun keatas, segeralah di wawancarai, sebelum saksi sejarah itu menghilang. Usia beliau jauh lebih tua daripada Indonesia. Bagi mereka, Indonesia hanyalah sebuah anak kecil kemaren sore yang tidak tau apa-apa tentang masa masa sebelum kemerdekaan. Kalau di zaman sekarang, Seperti kita memandang anak-anak SD yang masih lari-lari pecicilan. Yang selalu menimbulkan kesan, "apaan sih ini Indonesia, woy awas ! jangan lari lari dipinggir jalan, nanti kesrempet mobil ! Lari larinya di tengah jalan aja, biar sekalian ketabrak !". Ya begitulah kira kira.
Saya baru saja menemukan kamera peninggalan mbahkung. Kamera yang sampai sekarang masih bisa digunakan. Masih bisa digunakan untuk mbalang sirah. Sirahnya pemilik akun lambe murah. Kalau untuk jepret jepret seperti hengpong jadul sudah nggak bisa. Itu adalah Kamera anak gahul zaman old. Saat itu pasti mbahkung saya sangat mbagusi. Udah punya kamera sendiri. Udah bisa posting posting foto di instagram di akunnya sendiri. Mungkin yang nge-like fotonya mbahkung adalah teman temanya yang menjadi prajurit PETA ( pembela tanah air ) dan mandor Romusha. Hah ? Mandor romusha ? Yak betul. Menurut penuturan beliau sendiri, yang membuat saya merinding saat itu juga, beliau adalah mandor romusha jaman penjajahan Jepang. Ya sama sama romusha, tapi mandor. Ya kepala pembantu gitulah kira-kira. Tapi ya tetep, ngeyel dikit langsung dipecut. Kalau ngeyel banyak ya di dor.
Dulu jalan raya masih sepi. Katanya. Belum ada yang jualan bunga di perempatan jalan. Dulu yang ada hanyalah tank, tank, dan taaaank ! Iya tank. Bisa ngebayangin lagi makan soto dipinggir jalan lalu pas mau nyruput kuah soto, kuahnya tumpah tumpah karena tanahnya getar gara-gara ada tank lewat. Iya itu tank beneran yang sering kita lihat di museum sama di tipi tipi. Dulu mbahkung saya bersama teman teman suka iseng, eh bukan iseng, lebih tepatnya melawan penjajah, Dengan cara membuat jebakan tank di jalan raya. dulu jalanya masih dari tanah, terus di keruk sedalam 2 meter, panjang dan lebarnya kira-kira 4 × 6 meter. Terus ditutupi pakai gedek, lalu ditutupi pakai tanah lagi. Dengan harapan tanknya lewat situ dan nylungsep ke jebakan batman yang telah dibuat selama berminggu-minggu oleh mbahkung. Tapi ternyata jebakan itu gagal. Para londo londo itu terlalu cerdas untuk terjebak jebakan semacam itu. Sialaaaan. Londo londo tersebut turun dari tank lalu jalan kaki. Tank nya dituntun biar nggak njeblos. Ya enggak lah !. Tank nya di tinggal di tempat aman dan di iketkan ke pohon biar tanknya nggak hilang dan biar nggak lari kemana-mana.
Lalu mbahkung ndelik di lumbung padi biar nggak ketahuan. Ketika suasana sudah aman, beliau baru bisa makan dengan tenang. Biasanya kalau makan 3 hari sekali. Bukan 3 kali sehari. Lalu kata beliau, jika ada pesawat lewat, mbahkung nggak bisa lihat keatas lalu triak triak "pesawaaat, minta uaaaanggg". Nggak nggak, nggak bisa. Yang diturunkan malah rudal dan bom bom atom yang siap membumi hanguskan daratan jika terlihat ada makhluk sliwar sliwer di jalan raya maupun pekarangan. Jadi jika ada suara pesawat lewat, mbahkung dan mbahti langsung ngumpet di bungker bawah rumah biar nggak keliatan dari langit. Lalu saat itu mbahkung bilang ke mbahti,
"Mbahti, kamu cantik. Tapi aku belum mencintaimu. Coba kalau nanti sore pergi ke markas belanda sambil jalan maju mundur. Siapa tau nanti aku jadi cinta. Tunggu aja."
Seketika itu juga suara ledakan menghujami di area sekitar pekarangan rumah. Bum bum bum. Saya nggak bisa ngebayangin kondisinya saat itu. Benar benar nggak bisa. Mungkin perumpamaan paling dekat adalah game metal slug. Mbahkung dan mbahti lari lari lalu dihujani rudal dari langit oleh penjajah. Lalu ada kakek kakek bawa karung isinya huruf R lalu di injek sama mbahkung lalu mbahkung punya senjata roket yang siap membalas untuk ditembakan ke langit. Rasakan ini penjajah sialaaaaan !. Bum bum bum.
Karena nembakinya ngawur dan peluru roketnya cuman 9, tidak satupun yang bisa mengenai pesawat jet di langit. Lalu mbahkung dan mbahti ngumpet lagi. Lalu di dalam umpetan itu, mbahti bilang ke mbahkung,
"Mbahkung, besok minggu aku diajak jalan sama guru lesku, mbahkung cemburu nggak ?"
Lalu mbahkung menjawab,
"Cemburu hanya untuk orang-orang yang tidak percaya diri, dan sekarang aku sedang tidak percaya diri."
"Kenapa tidak percaya diri ?" Tanya mbahti,
"Karena tadi nembak pesawat pakai roket 9 kali nggak ada yang kena, siaaaaall".
Seketika itu juga tangis mereka berdua pecah.
Untuk menutup tulisan ini, perkenankan saya memberi sebuah kesimpulan. kesimpulan yang mungkin kalian pun tak percaya dengan kebenaranya. Kesimpulannya adalah, selama ini, kita di bodohi oleh buku buku sejarah yang kita jumpai selama kita masih sekolah. Masa masa penjajahan sebelum merdeka, yang di tulis di buku pelajaran, semua itu hanyalah omong kosong. Membuat mindset bahwa masa sebelum merdeka adalah masa yang sangat mencekam dan penuh dengan penindasan. Padahal kenyataanya adalah .. lebih parah ! Tapi seru. Begitu kata simbah.
Minggu, 21 Januari 2018
Turning Point.
Saat kuliah, saya menemukan beberapa turning point yang benar-benar mengubah mindset saya. Turning point yang benar-benar menimbulkan efek "sialan, bener juga". Dan mengubah cara pandang saya dalam menyikapi sesuatu. Ada 5 turning point yang benar benar sangat melekat dan masih saya ingat sampai sekarang. Apa sajakah ? Yuk ah, sikat.
Ini adalah turning point yang pertama. Yaitu dosen bahasa indonesia, perempuan. Agak muda. Saya lupa namanya. Mungkin satu kelas sudah lupa dengan ucapan beliau. Atau justru nggak peduli. Tapi saya masih ingat. Benar-benar ingat. Dia mengajar di kelas dengan membawa buku sangat banyak, lalu beliau bilang, "kalian tau kenapa saya bawa buku banyak ? Karena satu buku di atas ini, akan berhubungan dengan buku buku di bawahnya. Entah itu buku fisika lalu bawahnya buku tentang olahraga sekalipun, itu tetap berhubungan. Karena ilmu tak bisa berdiri sendiri. Maka dari itu. Jangan pernah merasa paling pintar hanya karena menguasai satu ilmu, karena ilmu-ilmu lain akan senantiasa mengikuti. Apa yang kamu sombongkan dari ilmu ? Padahal semakin kamu membaca, kamu semakin tau apa yang tidak kamu ketahui". Sadis. Saya langsung menunduk. Merasa diri saya sangat kecil. Seperti cemilan di alam semesta. Mungkin sejak saat itu saya jadi haus akan buku. Semakin haus menghubung-hubungkan satu ilmu dengan ilmu-ilmu yang lain agar terhubung. Dan benar ternyata, semua ilmu benar-benar berhubungan. Dan saya sudah menemukan sumber dari segala sumber ilmu, yang menghubungkan segala jenis ilmu. yaitu ilmu filsafat.
Lalu lambat laun, di tengah-tengah kehausan saya akan buku, munculah pak hamid anwar. Beliau adalah pembimbing akademik saya. Jika ada ajang dosen panasonic award, sudah jelas saya akan memilih pak hamid. Ada dua prinsip yang benar-benar membekas di benak saya. Yang pertama adalah prinsip tentang menyikapi sebuah gender. "Apa yang membedakan laki-laki & perempuan?". Semua mahasiswa hanya terdiam saat itu. Lalu pak hamid mulai menggambar sebuah tabel, yang kanan tabel untuk laki2, dan yang kiri untuk perempuan. "Apa yang membedakan ? Tidak ada yang tahu ? Coba perhatikan. Perempuan dan laki2 sama sama memiliki tangan, kaki, kepala dan badan. Yang ke-1, yg membedakan adalah bentuk payudara. Yang ke-2, adalah bentuk kelamin. Yang ke-3, adalah organ2 pembentuk sel telur dan sperma. Udah. Hanya 3 itu. hanya 3 itu yang paten yang tidak bisa kamu terobos. Selain itu, seperti memakai rok, anting-anting, rambut panjang, sepatu hak tinggi, warna pink, sifat lemah lembut dan maco, semua bisa kamu terabas. itu hanyalah budaya dan kebiasaan kebiasaan dari masa lampau. Kamu bisa menerobos bebas keluar masuk di bagian kebiasaan, tapi tidak untuk ketiga hal yang sudah kodrat tersebut." Sadis. Sialan. Lagi lagi saya kalah telak. Mungkin itu kenapa sejak saat itu saya lebih suka memakai kaos berkerah warna pink dan lebih suka rambut gondrong daripada cepak. Biar di kata aneh, bodo amat.
Lalu ada lagi prinsip pak hamid yang benar benar saya tiru, saat membahas dua mahasiswa keras kepala yang sedang berdebat. Beliau berkata "dalam sebuah perdebatan, ada dua kemungkinan yang terjadi, yang pertama adalah melebur jadi satu, dan menjadi satu pemikiran, atau tidak melebur dan berjalan menurut pemikiranya masing-masing. Itupun tak masalah. Itulah kenapa pemaksaan kehendak tidak bisa dilakukan dalam sebuah perdebatan". Wow. Mungkin ini jawaban dari pertanyaan saya selama ini, kenapa di dunia ini terdapat banyak agama, banyak suku, banyak ras dan banyak partai yang berdiri menurut prinsipnya sendiri-sendiri. Keren.
Lalu semester terus berlanjut, memasuki semester akhir. Bertemulah saya dengan bu woro. Sepertinya beliau bergelar prof, dosen juga di pasca sarjana. Tapi ini tentang kutipanya, sebelum dia memulai mata kuliah statistika. Beliau berkata "apa tujuanmu datang ke sini ? Datang ke kelas ini ? Ilmu ? Ya benar. Ilmu. Lalu, untuk apa ilmu tersebut ? " lalu semua satu kelas cuman bengong antara tidak bisa menjawab atau tidak mendengarkan. Saya tergolong yang tidak bisa menjawab. Kalau dengar, saja jelas mendengarkan, karena saya duduknya paling depan. Tapi saya tidak bisa menjawab. Jawabanya apa bu, lekaslaaah, jangan membuat saya penasaran. Lalu bu woro pun akhirnya menjelaskan, "tujuan ilmu, dibagi menjadi tiga bagian. Yang ke-1 adalah, ilmu bertujuan untuk menjelaskan. Lebih sederhanya adalah, jika kamu membeli mesin cuci, kulkas, dll, pasti ada buku panduan untuk menjelaskan. Disitulah fungsi ilmu. Untuk menjelaskan. Yang sebelumnya tidak tau. Menjadi tau. Menjadi lebih jelas. Lalu yang ke-2, tujuan ilmu adalah untuk memprediksikan. Ini benar adanya. Semakin ber ilmu seseorang, semakin akurat dalam dia memprediksi. Pakar gunung berapi pun bisa memperediksi meledaknya gunung juga karena ilmu. Walaupun kadang tidak akurat 100%, tapi dengan memprediksi, manusia lebih siap dengan segala kemungkinan. Lalu yang ke-3 adalah mengendalikan. Ini adalah level ilmu tertinggi. Ketika ilmu kita sudah cukup mumpuni, kita bisa mengendalikan barang-barang, bahkan manusia manusia di sekeliling kita, bisa kita kendalikan menggunakan ilmu. Jadi tujuan ilmu adalah menjelaskan, memprediksi, dan mengendalikan.". Widih keren. Bu woro adalah keren.
Lalu yang ke empat ini bukan kutipan. Cuman celoteh spontanitas dari pak herka, yang memang menimbulkan efek, "sialan, bener juga. Asem. Ketahuan". Begitulah. Saat itu mahasiswa lewat sliwer sliwer. Dan saya ketemu pak herka lalu salim dan cium tangan. Lalu pak herka berkata "mahasiwa zaman sekarang ki cium tangan ming arep njaluk nilai apek. Ora ono cium tangan kok tenanan pengen menghormati. Rak. Rak ono. Bar cium tangan ngeneki mengko sore neng warung mesti yo do ngrasani aku". Begitulah ucap pak herka. Memang benar. Kami suka ngrasani dosen. Semua dosen selalu kami rasani, dan kami memang ingin dapet nilai A. Selamat pak herka. Anda benar.
lalu ini kutipan saya yang saya kagumi paling akhir. "heh kamu, kamu itu kuliah dapet apa ? Ijazah ? Kalau ijazah besok saya carikan saya mintakan ke rektor, besok langsung yudisium. Silahkan. Tapi ilmumu yg kamu bawa setelah menjadi sarjana apa ? Kopong ?. Pah poh ? Kuliah mbayar larang-larang raentuk opo-opo. Udah. Ini bab dua kok ming koyo koran. Cari lagi, di perpustakan, bab 2 minimal 50 lembar. Biar nanti saya revisi lagi". ( Moch. Slamet ). Enjih pak enjih pak. Jawab saya saat itu.
Minggu, 14 Januari 2018
Pra-Medsos vs After Medsos
Zaman sekarang, medsos ini membuat kita bisa melihat berita lelayu dan berita holiday berdampingan atas bawah. Ini berbahaya, mental pembaca bisa kacau. Level up and down nya terlalu tinggi. Twist nya terlalu tajam, membuat pembaca menggumam,
"ini kenapa ada lelayu malah holiday?" Atau
"ini kenapa musim liburan malah ada orang meninggal?".
Mungkin itu tak masalah jika mereka tak saling kenal. The real problem is, mereka saling kenal satu sama lain. Mungkin ini cikal bakal rasan-rasan dan ujaran kebencian sedang marak maraknya di indonesia.
Saat ada orang sedih kita malah bersenang-senang itu buruk. Saat ada orang senang kita malah sedih juga membuatnya menjadi tidak nyaman. Keadaan sedih dan senang memang harus dipisahkan. Dan tidak bisa di tabrakan. Dari dulu sebelum medsos, hal itu rapi terlindungi oleh dinding rahasia. Semua sudah ditempatkan pada tempatnya. Di lelayu tidak ada orang selfie, di tempat holiday nggak ada yang sedih menunduk sambil mengelap air mata. Dinding rahasia tersebut menimbulkan efek Seperti, "kemaren kenapa nggak layat ?" "Hah? Siapa yang meninggal ?" Lalu, "kemaren kemana kok nggak ikut ke pantai ?" Hah ? "Kapan ke pantai nya ?". Dan "ketidak tahuan" itu bisa dijadikan sumber pemaklum yang bisa dijadikan sebagai bahan untuk dimaklumi. Kalau sekarang seperti itu tak bisa di makumi. Kamu dituntut harus serba tahu. Ketidak tahuan adalah sebuah lelucon dan akan dikatakan pura pura tidak tau. "Sudah jelas jelas di share di grup, masak nggak tau". Sudah skak mat. Mau alesan apa, yg tidak buka grup menjadi serba salah. Seperti tidak membuka grup adalah sebuah kesalahan. Padahal tidak membuka grup adalah hak asasi manusia kan ? Ya begitulah, semua berubah setelah medsos menyerang.
Saya berpendapat seperti ini karena saya anak 90-an. Kami tau betul perbedaan yg terjadi di rentang tahun 1990-2010. I think its the greats era when people life. Karena era tersebut adalah era transisi antara cendak ndodok, ke boy-boynan, nekeran, ke tamiya, ke byblet, ke crash gear, ke tamagochi, lalu ke snake dan space impact nokia 2100, baru mulai ke n-gage, ke super shoot soccer, pepsi man, dan harvest moon, ke mxit, friendster, ke game on line counter strike, lalu ke ps2, ke nokia 6600, ke nokia E63, dan terakhir ke blackberry. Lalu android/smartphone datang dan membuatnya menjadi kacau.
Hanya anak di generasi ini yang bisa membandingkan era sebelum medsos dan sesudah medsos. Anak 90-an jangan sampai punah lah. Ini aset berharga yang harus sering-sering di wawancarai gimana pendapatnya tentang before medsos and after medsos. Sejujurnya saya pribadi sebagai anak 90an lebih memilih hidup tanpa medsos. Karena justru hidupnya lebih tenang karena keterbatasan info. Kalau sekarang, hmm. Kacau. Campur aduk. Apalagi infonya di tambah-tambahi supaya heboh. Info info itu yang membuat Di lelayu ada yg selfie ketawa ketiwi. Di tempat holiday ada yang sedih menangis merengek-rengek setelah lihat hp. Menurut saya Itu sudah tidak sesuai kodrat.
Mungkin kita harus memahami satu hal, ada kalanya tidak tau itu lebih baik daripada mengetahui apa yang seharusnya tidak kita ketahui.
If you know i mean.
Langganan:
Postingan (Atom)