Dingin masih menyengat. Saya pandangi gedung sekolah pasca sarjana universitas pendidikan indonesia. Gedung dengan 6 lantai dan serambi yang sangat luas. Berlahan saya masuki gedung tersebut. Saya melihat lift di bagian tengah ruang lantai 1. tanpa berfikir panjang saya langsung menaikinya. Setelah sampai di lantai 5, orang-orang pun melihat saya dengan tatapan sinis. What wtong man ? . saya tidak peduli.
Akhirnya masa orientasi di mulai. Pundi-pundi pertemanan mulai bertambah satu-persatu. Rektor pun memberi sambutan yang cukup bagus di orientasi tersebut. Ternyata orang-orang yang bisa masuk ke gedung ini bukan orang sembarangan. Dan saya termasuk salah satunya. Walaupun saya merasa saya adalah orang sembarangan. dari ribuan pendaftar, hanya 21 mahasiswa yang diterima di prodi saya. Wow !
saya bertemu dengan rifky, local hero UPI. mahasiswa asli UPI, setelah lambat laun bercerita, akhirnya dia menceritakan tentang hukum tidak tertulis yang menyatakan bahwa naik lift bagi mahasiswa olahraga adalah hal yang memalukan. jika memang itu terjadi, akan ada sanksi sosial berupa pandangan sinis dari khalayak sekitar. oke, terjawab sudah kenapa tadi saya dipandang sinis oleh beberapa orang.
Lalu saya pun bertemu dengan sosok bernama akbar. Dia berasal dari aceh. Dia menceritakan tentang segala ke acehan nya yang membuat saya geli. Tentang bioskop yang di bedakan antara kaum laki-laki dan perempuan, tentang konser yang tidak boleh di selenggarakan malam hari, sudah di selenggarakan siang hari, masih di pisah pula antara laki-laki dan perempuan. Tentang ganja yang begitu banyak, tentang tsunami yang pernah menghantam aceh beberapa tahun silam.
Yang paling menggelikan adalah tentang kolam renang di aceh. Perempuan harus tetap menggunakan krudung dan leging yang menutup seluruh tubuhnya. Leging pun belum cukup untuk menutupi aurat, masih ditambahi rok, begitu katanya. tapi bukan itu puncak geli nya. di aceh, jika ada event nasonal seperti popnas ataupun pon, yang paling banyak penontonya bukan cabang olahraga sepak bola ataupun bola voli, tapi renang. Ada apa gerangan ? ternyata penonton hanya ingin melihat wanita menggunakan pakaian renang secara legal dan sah. Mungkin atlet dari aceh memang masih menggunakan hijab, tapi penonton fokus melihat atlet-atlet yang berasal dari luar aceh. Sialan-sialan. Dia juga menceritakan biaya ke thailand dan biaya ke malaysia jauh lebih murah dari biaya ke jakarta. Bagi dia, jalan-jalan ke luar negeri adalah hal yang mudah. Jalan-jalan ke pulau jawa adalah hal yang susah.
Itu hanya tentang dia yang berasal dari bandung dan aceh. Lainya yang juga berasal dari luar jawa belum saya tanyain. Tunggu aja.
Bersambung…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar