Semua berawal dari sini lagi, kelas XI.
Dialah Aulia bayu, partner baru saya di sebelas ipa
empat. Teman sebangku, duduknya di paling depan. Pacarnya Ina, Suka teknologi,
ahli komputer, ahli ngitung-ngitung, pernah terjatuh nggeblak 2x di kantin, pernah
terpeleset di tempat wudhu, tidak terlalu rajin solat, dan yang terpenting, dia
tidak suka nyontek. Gara-gara bayu tidak suka nyontek, minat belajar saya
berkurang, jadi mohon dimaklumi untuk bapak ibu dirumah, jika nilai dan raport
saya tidak sebagus di kelas X.
Usut punya usut ternyata bayu juga berumah di area barat
Yogyakarta, jadi sehingga di kelas sebelas ipa empat ini terdapat 3 siswa yang
berumah di area barat provinsi. Pertama, bayu di jl.wates km 10, saya jl wates
km 12, dan anton jl wates km 20. Semasa sma kami dibesarkan dan hidup di jalan
antar provinsi tersebut. Maka dari itu wahai Bapak ibu sekalian, Maklumilah jika
saya suka terlambat masuk sekolah.
Kami bertiga selalu berangkat sekolah secara tidak
bersamaan. Karena filosofi hidup kita bertiga berbeda tentang memandang kata
terlambat. Biasanya anton yang selalu datang paling pagi. Lalu saya dan bayu
mungkin hanya selisih sebelas dua belas menit setelah anton setelah bel masuk
sekolah. Tapi walaupun kami tidak pernah berangkat bersama, tapi kami pulang
selalu “bersama” ( dibaca : balapan & ngebut-ngebutan di jalan wates ).
Dikelas sebelas ini wawasan semakin luas, semakin tau apa
itu media sosial dan fungsinya. Suka lihat video youtube yang menginspirasi
maupun yang saru. Yang dimaksud menginspirasi itu seperti video stand up comedy
nya raditya dika, lalu jalan-jalan men nya punya jibraw, dan lain-lain, dan
lain-lain. Kalau video yang saru, lebih banyak dari itu. Di zaman sma ini ada bercandaan dan mungkin
anak kelahiran 90 an juga sudah pada tau, yaitu menggesek-nggesekan
selangkangan setiap melihat tiang. Biasanya korbanya bergantian, lalu di gotong,
di angkut bareng-bareng, lalu digesek sampai lemes, lalu ditinggal, dibiarkan
tergeletak terlentang lemas tak berdaya. Gojekan paling tidak mutu sedunia,
tapi saat itu lucu jika dilakukan oleh anak laki-laki jaman SMA, tapi udah
nggak lucu kalau yang melakukan adalah mahasiswa.
Di awal semester ini banyak mata pelajaran berbau
pengetahuan alam, membuat saya nyaris ingin pindah ke IPS. Terutama pelajaran
biologi, bukan masalah biologinya, tapi guru nya. Sebut saja Mr.S. kalau
ngajar, dia hanya menceritakan masalah rumah tangga nya, dan saya tidak butuh
itu, saya butuh ilmu wahai tuan Mr.S, bukan bualanmu. Dan yang terjadi adalah,
semua siswa di kelas tidak paham materi biologi selama satu semester. Dan Tau-tau
Mid Semester datang.
Pagi hari, disebuah ruang kelas yang tenang, mata
pelajaran biologi di ujikan. Ada yang semalaman belajar, ada yang tidak sama
sekali. Saya tergolong yang tidak sama sekali. Benar-benar ujian tanpa bekal
ilmu sedikit pun. Teman saya perempuan, namanya tantri, katanya dia belajar
semaleman, walaupun saya tidak tau biologi apa yang dia pelajari. Lembar jawab
sudah dibagi, nama sudah dilingkari, dan setelah itu menunggu 10 menit menunggu
soal ujian dibagikan. Selama 10 menit itu saya tidak hanya melingkari dibagian
nama, tapi juga di bagian kolom jawaban. Saya lingkari sesuka hati, menuruti
hati nurani walaupun saat itu masih belum punya hati nurani. manut dengan apa
yang dibisikan Tuhan. Jika tuhan membisikan A, saya lingkari A, jika B saya
lingkari B, dan begitu seterusnya. Akhirnya 50 soal telah selesai saya lingkari
sebelum soal dibagikan. Soal dibagikan, lalu saya bilang ke ibu pengawas,
“ bu, kalau sudah selesai mengerjakan, saya boleh keluar
? ”
Semua siswa satu kelas tercengang melihat saya, saya juga
bengong melihat mereka. Bu guru yang baik hatinya juga bengong melihat saya, lalu
menanyakan ke saya,
“ bel mulai mengerjakan baru dibunyikan, kamu sudah
selesai mengerjakan ?”
“sudah bu”, jawab saya penuh percaya diri. “ boleh keluar
kelas kan bu ? saya tadi belum sarapan, saya mau ke kantin”, kataku lagi.
Semua siswa di kelas masih terbengong dengan apa yang
saya lakukan, dua guru pengawas pun juga hampir tidak percaya dengan apa yang
saya lakukan, tapi itu benar-benar terjadi, maka yang terjadi terjadilah,
akhirnya saya boleh keluar duluan. Sangat duluan. Dikantin, saya baru membaca
soal biologi nya. Ternyata benar, tak ada satupun yang saya mengerti. Tidak
percuma saya keluar duluan, toh teman-teman yang berada di kelas juga sama
tidak mengerti seperti saya, tapi mereka tidak berani melakukan apa yang saya
lakukan.
Beberapa minggu setelah mid semester selesai, akhirnya
nilai Biologi keluar. Sudah saya bilang, gurunya sama sekali tidak menjelaskan
apa yang seharusnya dijelaskan saat pelajaran, dan nilai rata-rata biologi
hancur, Tertinggi sekelas bernilai 6
koma, dan terendah 1 koma. Dan kalian tau saya dapat nilai berapa ? saya dapat
nilai 3 koma, dan tantri yang belajar giat dan sungguh-sungguh mendapat nilai 1
koma. Saya terbahak-bahak ke tantri, tantri menangis tersedu-sedu ke saya.
Ternyata semudah itu membuat orang nangis. Beberapa minggu setelah tragedi mid
semester biologi terjadi, akhirnya guru biologi sudah diganti, dan guru
pengganti lebih mumpuni saat mengajar,
dan semua seisi kelas menyambut suka cita, termasuk saya di dalamnya.
Di awal semester ini banyak praktek berbau pengetahuan
alam, membuat saya nyaris ingin pindah ke IPS. Tapi saya jadi tahu mana
lab.Biologi, lab.Kimia, dan lab.Fisika. Petualangan praktikum di mulai dari lab
biologi. Di lab biologi terdapat alat-alat yang belum pernah saya lihat
sebelumnya. Ada mikroskop, spiritus untuk bakar bakar, pipet, patung kupu-kupu,
patung laba-laba, dan yang paling menarik adalah patung perempuan telanjang
yang nggak pakai baju. Saya suka lihatnya, dimana ada saya, disitu ada anton.
Saya pegang payudara mbak-mbaknya, lalu anton yang ngambil foto. Saya jilat
payudara mbak-mbaknya, lalu anton yang ngambil foto. Sekarang fotonya masih
ada, tapi saya bersumpah tidak akan melakukan adegan itu lagi. Selagi masih
asik-asikan foto dengan patung bugil itu, tiba-tiba di balik jendela ada
ibu-ibu guru mengintip kami berdua. Saya kaget, anton juga, dan langsung mlipir
kembali ke meja melanjutkan tugas praktikum yang belum selesai.
Praktikum biologi selanjutnya, saya lupa praktikum apa,
tapi yang jelas menggunakan spiritus untuk bakar-bakar. Saat itu yang menjaga
lab.biologi adalah Mr.S yang wagu itu. Saat itu saya semeja dengan
bayu,anton,amir,ical, dan simbah. Saya sobek kertas, saya coba mainan api, saya
bakar kertasnya, lalu apinya besar sejenak, lalu mati. Karena kurang seru, lalu
saya bentuk kertas menjadi seperti rokok, sangat mirip dengan rokok, lalu saya
bakar ujungnya, lalu saya isap ujung yang lain, lalu saya keluarkan asapnya
dari dalam mulut, bul bul bul, mirip sekali orang merokok, semua satu kelas
menahan tawa, kami satu meja tertawa, Mr.S nggak lihat karena menghadap ke
sana. Ketika menghadap ke kami, rokok palsunya saya umpetin, tapi sisa asapnya
masih ada. Ketika Mr.S menghadap ke sana lagi, saya isap lagi rokok palsunya,
bul bul bul, semua sekelas menahan tawa lagi, kami nggak bisa nahan. Akhirnya
seperti itu terus, sampai ketahuan, sampai dimarahin, sampai guru BK menjemput.
Selanjutnya adalah praktikum fisika, saya lupa praktikum
tentang apa, tapi menggunakan timbangan dan beban beban besi yang kecil-kecil
itu seperti bakul di pasar. Setelah praktikum ini, haters saya menambah satu,
dialah perempuan bernama buba. Saya tak tau awalnya gimana, tapi awalnya hanya
saling ejek, saya yang selalu memuali duluan, saya mengejek buba, lalu buba
marah, sangat marah saat itu, lalu melempar beban besi itu, yang ukuran 50 gram
itu, dia lempar dengan penuh amarah. Lalu apa yang terjadi ? saya menghindar
dengan sangat cekatan, tapi lemparannya malah mengenai kepala totok. Kepala
totok sedikit berdarah, sepertinya nangis, buba si pelempar juga ikut nangis, aku
ketawa. Apa yang saya lakukan, buba menangisi totok, totok menangisi kepala,
lalu saya menangisi siapa ? aku hanya bisa tertawa terbahak-bahak sambil jalan ke
kantin. saya tunggu di kantin sampai mereka berdua berhenti menangis. Dan
paginya, semua berjalan normal, sudah maaf-maafan, tak ada dendam, sudah damai
sentosa.
Awal Februari, 2011. Lala yang di sukai simbah, mau ulang
tahun. Simbah mengajak amir, anton, saya dan ical untuk membantunya membuat
video sebagai kado buat lala. Saya mau mau, yang lain juga mau. Akhirnya di
malam itu, kami membuat tulisan di labas ( lapangan basket ) menggunakan lilin.
Lalu di rekam menggunakan SLR saya yang belum hilang saat itu. Di rekam dari
atas ring basket yang di atasnya terdapat rimbun pohon mangga. Anton di atas
ring basket dalam waktu yang cukup lama. Tiba-tiba di malam yang sunyi itu
anton teriak-teriak sendiri dari atas ring basket. Kami bertiga hanya melihat
dari bawah.
“ngopo ton ?” tanya kami.
“kwupingku di cokot semut !” kata anton.
Kami tertawa dari bawah, anton teriak-teriak di atas.
Wajar dia teriak-teriak, karena semutnya adalah semut cangkrang, semut yang
warnanya merah yang kalau nggigit pasti sakit. Tapi itulah yang namanya
pengorbanan, yang mau ngado simbah, yang berkorban anton.
Di kelas sebelas ipa empat ini bisa dibilang spesial,
karena oh karena saya adalah ketua kelasnya. Dipilih dengan cara tidak
musyawarah dan penuh dengan kampanye gelap di mana-mana. Amir lah dalang
dibalik semua kampanye gelap ini yang membuat saya menjadi ketua kelas. Di
kelas lain gelar ketua kelas adalah membanggakan, di kelas kami gelar ketua
kelas hanyalah korban.
Heru namanya, guru bahasa inggris, memberi tugas yaitu
membuat film pendek mengunakan dialog bahasa inggris. Untuk ukuran kelas
sebelas yang usianya rata-rata 17 tahun, kami cukup berani untuk menerima tugas
ini dengan percaya diri. Jangka waktu pembuatan selama satu semester, tapi pada
akhirnya dead line tetaplah bernama dead line, hanya di kerjakan selama 2
minggu menjelang dead line. Akhirnya semua dikebut, serba dadakan, naskah
dadakan, aktor dadakan, aktirs dadakan, dialog dadakan, semua dadakan, tapi
akhirnya filmnya jadi juga. Semenjak kejadian itu saya percaya dengan pepatah
yang dikatakan buku tulis sidu “dimana ada kemauan, disitu ada jalan”.
Film jadi, diputar bersama-sama dengan film kelas lain
dalam sebuah festival, dan dan dan kelas kami mendapat penghargaan yaitu
sutradara terbaik. “Yang dikerjakan secara dadakan aja bisa mendapatkan
penghargaan, apalagi dikerjakan penuh rencana jauh-jauh hari” gumam ketua kelas
sebelas ipa empat waktu itu.
Jumat siang menjelang qomat jumatan, di akhir semester
kelas dua, saya masih ngobrol di depan kelas bersama amir, ical, bayu, simbah
dan anton. Membicarakan tentang simbah yang suka ketua osis waktu itu, yang
saya lupa namanya. Terlalu seru berbincang, qomat adzan dikumandangkan, kami
semua berlari adu kecepatan menuju tempat wudhu, kecuali anton karena anton
katolik. Anton hanya tepuk tangan sambil menyemangati dan melihat siapa yang
tercepat. Setiap jumat selalu begitu, hanya topik perbincangannya yang
berubah-ubah. Anton kadang terlihat Katolik, kadang juga hindu, kadang budha,
kadang kristen, kadang juga islam. Pernah suatu ketika anton pura-pura solat di
mushola pizza hut bersama kami gara-gara dikejar-kejar pak satpam. Saat itu
mushola terletak di luar sehingga tidak perlu masuk ke restoran untuk melakukan
pura-pura solat. Kenapa dikejar ? Karena kami datang ke pizza hut jam 9 pagi
dan mengetuk-ngetuk agak menggedor-nggedor pintu padahal bukanya jam 10 pagi.
Lalu kata satpam kami dikira sekumpulan manusia mencurigakan.
Mungkin kami semua di sebelas ipa empat juga seperti itu,
tergantung situasi dan kondisi. Menganut kebijakan ketua kelas sebelas ipa
empat, bahwasanya kelas sebelas ipa
empat harus menjunjung tinggi perbedaan, jangan pernah bawa-bawa agama dalam
urusan pertemanan. Agama itu letaknya di belakang, di dapur, tak terlihat, tapi
makanan dari dapur yang enak itu kita bawa ke ruang tamu dalam bentuk perilaku
yang baik. Begitu kata cak nun.
Kelas dua berakhir, masa jabatan saya menjadi ketua kelas
berakhir, lalu saya dan bayu sudah menyiapkan rencana balasan di kelas tiga,
untuk amir. Ho ho ho.