Minggu, 18 Desember 2016

Apa-Apaan ini ?

Pagi itu keadaan masih biasa-biasa aja. Matahari masih terbit dari timur, Burung masih asik bernyanyi, cicak masih nempel di tembok, menunggu nyamuk lewat, dan nyamuk masih tertidur kekenyangan, karena saya biarkan menghisap darah saya semalaman. Saya juga baru saja tertidur beberapa menit dengan berjuta ton serbuk tidur di kasur kamar. Ibu sudah berangkat kerja pagi-pagi sekali dan bapak juga menyusul sambil mboncengin si erin.
Semua berawal dari sini , Keadaan terjadi begitu cepat, saya kira itu suara rx-king, dan ternyata itu adalah foging. Dengan keadaan tertidur imut saya mengabaiakan suara rx-king tersebut. Selang beberapa menit suara tersebut semakin mendekat berlahan. Saya mulai sadar ini bukan rx-king biasa, ini suara rx-king yang pengendaranya mbleyer-mbleyer kurangajar tak tau kalau saya barusan tidur setelah semalaman begadang melihat bal-balan. Saya keluar rumah dengan kriyip-kriyip, dan... apaan-apaan ini, dimana saya, apakah saya berada di 3450 Mdpl ? kenapa ada awan sebanyak ini ?
Sepersekian detik setelah itu saya mendengar suara jerit tangis nyamuk berhamburan dari rumah, bingung mencari sanak saudaranya yang mati karena menghirup gas pembunuh masal. Semut-semut di dinding mulai berjatuhan satu-persatu karena kakinya tak lagi kuat menempel di dinding. Kupu-kupu terbang ke barat,timur ke barat lagi, seperti habis dugem dan minum anggur satu galon semalam. Dan saya ?
Saya sempatkan garuk-garuk kepala sambil masih berfikir, apa-apaan ini ? saya mencoba mencari tempat teduh dan bebas dari awan biadab beraroma bensin tersebut. Terlihat dari kejauhan bahwa rumah saya sudah mengepul asap putih keluar dari sela-sela genteng. Jatuh air mata saya, karena ngantuk, karena belum tidur semalaman, dicampur Manchaster United kalah lawan Feyenord semalam, dicampur asap-asap putih sembarangan.
Tergelelak saya, terbujur tidak kaku di jalanan, sambil menunggu bapak-bapak puas mbunuh keluarga nyamuk yang sudah saya besarkan susah payah dengan darah saya sendiri. Kapan semua ini berakhir. Saya masih menangis sambil mengusap-usap mata sesekali. Kasihan nyamuk, lagi tidur nyenyak-nyenyak tau tau dibunuh dengan cara seperti ini.

30 menit berlalu, saya memasuki rumah berlahan, puluhan, ratusan, bahkan ribuan mayat-mayat semut dan nyamuk tak berdosa tergeletak di lantai rumah dan jalanan. Saya kumpulkan menjadi satu menggunakan sapu, saya taruh di suatu sudut runagan dan saya taruh di suatu tempat sakral, yang disebut tempat sampah. Di depan tempat sampah saya berdoa agar jenazah-jenazah ini dapat di terima di sisinya, dapat bahagia di surga sana, ditemukan lagi dengan kakaknya, adiknya, bapaknya, ibuknya, saudara-saudaranya, bahkan jodohnya, di surga sana. Amin. Dan saya ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar