Namanya sara, dulu sempat nggak punya hati. Tapi angsur
berangsur hatinya tumbuh di dalam tubuh tanahnya. Dulu dia sempat tidak bisa
memproduksi empedu dan tidak bisa ngapa-ngapain. Kini organ-organ tubuhnya
sudah mulai bekerja normal. Kini hatinya justru membengkak tidak karuan, tidak
terkendali.
Namanya sara, nggak pakai H. Kalau pakai H jadinya sarah.
Semacam sarah azhari. Jadi terdengar saru, begitu. Nama panjangnya sara
khairunisa, atau haerunisa, entah yang mana yang bener, saya juga nggak tau.
Yang juelas
namanya pasaran. Ada ratusan kalau dicari di searching engine facebook.
Namanya sara, tapi nggak kece dari lahir, baru akhir-akhir ini jadi kece .pernah kuliah di UNY, di FMIPA, tapi
sekarang udah nggak. Lulus dengan predikat tidak cumlaude. Punya mata
punya telinga baru aja punya hati.
Namanya sara, katanya suka buah durian, suka martabak,
martabak tengah malam, suka ngupil diem-diem, katanya rumahnya di pinggir
pantai, tapi sampai sekarang saya belum percaya.
Namanya sara, pernah njemur pakaian di depan rumah,
pernah nonton film di bioskop sambil jingkrak jingkrak, suka melihara ular,
ularnya di sebar di rumah orang. Kalau laper ularnya di masak asam manis lalu
di makan sendiri.
Namanya sara, pernah hilang, pernah kembali, pernah
hilang, nggak tau apakah kembali. Mungkin sudah punah, kena lahar gunung
berapi. Mungkin juga mengungsi di planet lain. Entah.
Namanya sara , Mungkin benar-benar hilang, tapi tak
masalah. Sesuatu yang hilang bukan untuk diperdebatkan, itu sudah bagus. Biarkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar