Selasa, 14 Juni 2016

Namanya Sara


Namanya sara, dulu sempat nggak punya hati. Tapi angsur berangsur hatinya tumbuh di dalam tubuh tanahnya. Dulu dia sempat tidak bisa memproduksi empedu dan tidak bisa ngapa-ngapain. Kini organ-organ tubuhnya sudah mulai bekerja normal. Kini hatinya justru membengkak tidak karuan, tidak terkendali.
Namanya sara, nggak pakai H. Kalau pakai H jadinya sarah. Semacam sarah azhari. Jadi terdengar saru, begitu. Nama panjangnya sara khairunisa, atau haerunisa, entah yang mana yang bener, saya juga nggak tau. Yang juelas namanya pasaran. Ada ratusan kalau dicari di searching engine facebook.
Namanya sara, tapi nggak kece dari lahir, baru akhir-akhir ini jadi kece .pernah kuliah di UNY, di FMIPA, tapi sekarang udah nggak. Lulus dengan predikat tidak cumlaude. Punya mata punya telinga baru aja punya hati.
Namanya sara, katanya suka buah durian, suka martabak, martabak tengah malam, suka ngupil diem-diem, katanya rumahnya di pinggir pantai, tapi sampai sekarang saya belum percaya.
Namanya sara, pernah njemur pakaian di depan rumah, pernah nonton film di bioskop sambil jingkrak jingkrak, suka melihara ular, ularnya di sebar di rumah orang. Kalau laper ularnya di masak asam manis lalu di makan sendiri.
Namanya sara, pernah hilang, pernah kembali, pernah hilang, nggak tau apakah kembali. Mungkin sudah punah, kena lahar gunung berapi. Mungkin juga mengungsi di planet lain. Entah.

Namanya sara , Mungkin benar-benar hilang, tapi tak masalah. Sesuatu yang hilang bukan untuk diperdebatkan, itu sudah bagus. Biarkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar