Yaudah, sebuah kata yang kalau di artikan kedalam bahasa
thailand berarti youwis. “youwis”, kalau diartikan dalam bahasa vietnam
artinya yaudah. Yaudah, sebuah kata yang diartikan oleh KBBI sebagai ..... Dan ternyata KBBI memang tidak
mendefinisikan kata “yaudah”. Kalau begitu saya akan menalar dengan menggunakan
ilmu kesotoyan yang teruji ketidak akuratanya. Yaudah berasal dari kata “ya”
dan “udah”. “ya” berarti sebuah ungkapan untuk menyatakan setuju, dan “udah”
berarti selesai. Jadi yaudah dapat di artikan sebagai sebuah sikap setuju bahwa semua permasalahan yang terjadi di dunia ini
dianggap selesai. Sampai sini paham ? oke lanjut.
Kebanyakan orang tau kata “yaudah”, tapi susah untuk
menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Apalagi mengatakan kata “yaudah” dengan
penuh ke ikhlasan, hm, sepertinya sulit. Misal sebuah contoh, ada sebuah
hubungan perpacaran yang rumit, yang hubunganya sudah tidak bisa ditolong
karena si cowok numpang tidur di rumah mantanya. Lalu si cewek tau dan si cewek
minta putus, lalu si cowok bilang,
“hah? Putus ?”
“salahku apa ?”
“masak cuman gara-gara aku nginep di rumah mantan, kamu
minta putus sih ?”
“kekanak-kanakan banget sih ?”
Pasti cowok selalu melakukan pembelaan, melakukan
pembenaran yang dipaksakan dan selalu mencoba untuk mempertahankan sebuah
hubungan padahal memang kesalahan fatal. Jarang ditemukan cowok yang kalau
ceweknya minta putus langsung dijawab dengan simpel oleh si cowok “yaudah”. Lalu
pergi dengan tenangnya. Mungkin terlihat aneh. Tapi memang begitu cara kerjanya.
Hasil perenungan saya selama beberapa detik yang lalu, bahwa segala sesuatu
kita sikapi dengan “yaudah” akan menimbulkan perasaan tenang dan keikhlasan tak
terbatas. Saya menyebutnya level ikhlas tingkat strata 1.
Contoh lain, apabila kita suka terhadap perempuan, kita
menawarkan hati, lalu di tolak, kita hanya perlu menggunkan kata “yaudah”. Lalu
pergi dengan tenang. Simpel. Sambil berfikir ,”oh, yaudah, mungkin dicoba lain
kesempatan bisa diterima, atau dicoba ke perempuan lain mungkin juga di terima".
Kata “yaudah” membuat kita anti sakit hati. Membuat kita menjadi siap tentang
hal-hal yang akan terjadi di dunia ini walaupun itu hal yang tak terduga sekalipun. Kita
harus pandai mengolah kata “yaudah” lalu memberi argumen yang relevan agar bisa
lebih menenangkan hati.
Contoh lain, semisal tidak diterima di SNMPTN. Kamu memiliki
dua opsi untuk menyikapi hal tersebut. Kecewa lalu sedih berlarut-larut, atau
bilang “yaudah” sambil mencari argumen penenang. Kalau saya akan menerapkan
opsi kedua sambil ber argumen dalam hati “oh yaudah, kan masih ada seleksi
mandiri. Kalau seleksi mandiri nggak diterima, toh masih ada tahun depan”. Memang
seperti itu cara kerjanya. “Yaudah” membuat hati kita semakin kuat karena
benturan rasa kecewa berkali-kali. Sehingga bila kita kembali menghadapi
kekecewaan, kita sudah siap untuk menghibur diri kita sendiri dengan argumen
yang kita ciptakan sendiri. Seperti filsuf asal sedayu pernah bilang, bahwa
kecewa adalah hasil dari harapan yang terlalu tinggi. Maka dari itu,
turunkanlah harapan serendah mungkin, jangan terlalu banyak berharap, agar rasa
kecewa males menghinggapi hatimu, dan buat Tuhan menjadi males mengujimu. Karena
kamu terlalu ikhlas dalam menghadapi segala cobaan yang Tuhan berikan ke kamu. Karena
Tuhan yakin jika cobaan diberikan ke kamu, maku kamu akan menghadapinya dengan
santai dan tenang sambil bilang “ yaudah, hadapi saja, toh nanti juga bakal
berakhir, kalau nggak berakhir pun paling nanti kita juga terbiasa”. Sungguh ketabahan
yang sangar.
Sepertinya segala kegelisahan hidup bisa diselesaikan
dengan kata “yaudah”. Segala pertanyaan hidup dapat diselesaikan dengan kata “yaudah”.
“Eh, kamu umur segini kok belum punya
pacar sih ?”, (yaudahlah nggak papa, dari pada punya pacar tapi nggak nikah-nikah).
Atau pertanyaan lain, “eh, kamu pacaran udah lama banget tapi kok nggak
nikah-nikah sih ?” (yaudahlah nggak papa, kan nikah itu sunah menurut islam,
jadi nggak wajib.). “eh udah nikah kok belum punya anak sih ?”, ( yaudahlah
nggak papa, kan nikah nggak harus punya anak, bisa beli, ngadopsi bisa). Memang
seperti itu cara kerjanya, memang seperti itu jawabanya. Saya percaya dengan
pepatah bahwa semua pertanyaan pasti punya jawaban.
Ada ibu-ibu telfon ke suaminya bahwa motornya hilang,
lalu bapaknya bilang “yaudah besok beli lagi”. Its simpel. Nggak perlu
panik , nggak perlu marah , toh panik dan marah pun nggak akan membuat motornya
balik lagi. Seolah-olah seluruh permasalahan di dunia ini akan selesai dengan
satu kata ajaib, “yaudah”. Nanti kalau segala sesuatu di “yaudahin”, kita masuk
neraka gimana ? “yaudah, tinggal masuk aja, kita tunggu sampai masuk surga”.
Heh ! rumah kita kebakaran ! “yaudah, tunggu apinya sampai padam, nanti juga
padam, itu lagi disrempot air sama pemadam kebakaran”. Nanti kita tinggal
dimana ?. “yaudah, sementara kita tinggal dimasjid dulu, lalu kerja, lalu beli
rumah lagi”. Ternyata kata yaudah bisa menenangkan segala jenis kejadian. Segala
hal yang biasanya disikapi dengan panik selalu bisa menjadi lebih tenang kalau
disikapi dengan yaudah. Bahkan kematian pun jika disikapi dengan yaudah akan
lebih menenangkan dibanding dengan sebuah hal yang mengerikan seperti para
pendakwah bilang.
"Kalau sakit, nanti
gimana ?" yaudah biar disembuhin dokter, kalau sembuh ya hidup, kalau
enggak ya mati. "Kalau mati nanti gimana ?" yaudah, tinggal dikubur, pasti ada
yang nguburin. "Kalau nggak ada yang nguburin ? kalau nggak punya keluarga dan
teman dekat ?" yaudah nggak usah dikubur, toh nggak dikubur juga nggak papa. Cicak
mati gepeng di engsel pintu aja nggak ada yang nguburin sampai berbentuk fosil.
Simpel.
Sebenarnya hidup ini adalah sebuah kesimpelan belaka. Kepanikan
dan imajinasi lah yang membuat segala sesuatu menjadi mengerikan dan
menyeramkan. Kita terjebak dalam situasi “kalau nanti kayak gini gimana”, “kalau
nanti gini gimana”, “ kalau nanti begitu gimana” ya begitu. Alangkah baiknya kita ubah kegelisahan itu
dengan siap menerima apapun resiko dengan bilang :
“yaudah”
Kalau tulisan ini
nggak ada yang mbaca gimana ? “yaudah nggak papa. Kan masih bisa saya baca
sendiri”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar