Bantul ndung. Tenang saja. Hidup hanyalah tentang cara menyikapi suasana ke suasana tanpa harus kehilangan semangat. Setelah kamar samping kanan sudah saya ajak kenalan, giliran kamar samping kiri yang saya ajak kenalan.
Perkenalkan a’, Fauzan dari Jogja.
“ Oh Pauzan dari Jogja ? iya, iya salam kenal.”
Fauzan a’, bukan pauzan.
“Iya pauzan kan ?”
. Fauzan, pakai F. bukan pakai P.
“iya pakai F, Pauzan kan ?.”
Coba a’ ikuti pelan-pelan. F. “iya F”. A. “iya A”. U. “iya U”. Z “iya jet”, Zet a’ bukan jet. “iya jet”. ( terserah elu deh a’). A. “iya A”, N. “iya N”.
Jadi F-A-U-Z-A-N !
“iya, P-A-U-J-A-N kan ?!”
Terseraaaaah, terseraaaaah oh terseraaaaah. Capek aing euy. “Pawang ujan” juga nggak papa, pokoknya terserah. Samping kanan ada aa’ ndasmu njungkel, samping kiri ada aa’ pawang ujan. Oke fine. Saya sudah bisa membayangkan apa yang akan terjadi selama beberapa bulan kedepan.
Percayalah, kos saya tidak lebih baik dari penjara eksklusif di rutan sukamiskin. Sepersekian detik bahkan saya berfikir lebih nyaman di penjara daripada di kos-kosan. Tapi sepersekian detik kemudian saya berfikir jika saya di penjara pasti saya tidak bisa melanjutkan kuliah. Akhirnya saya memilih hidup di kos-kosan.
Tadi malam sekitar pukul 23.30 WIB ada teteh-teteh pakai krudung putih ngintip dari samping jendela kamar. Kabarnya sih teteh bandung cantik-cantik. Tapi yang ini kok wajahnya agak aneh ya. Pakai krudung putih, lagian ngapain juga krudungnya di kucir. Aneh banget. Lalu saya lihatin lagi, tapi dia sudah nggak ada. Mungkin dia malu. Saya pun juga malu sih kalau di lihatin terus.
Paginya, matahari di angkat dari tempatnya pukul 06.00 WIB ( waktu indonesia bandung ). Mataharinya masih hangat, tapi tidak bisa langsung di santap. Masa orientasi pun siap dimulai. Setelah selesai melakukan ice bucket challenge, saya pun dengan sigap memakai pakaian khas mahasiswa baru, hitam putih. Dengan berjalan kaki, saya pun berangkat ke kampus dengan riang gembira. Ingin sekali aku berjalan sambil melompat-lompat, tapi tidak saya lakukan karena saya malu. Sambil sesekali melihat chat whatsapp di hp, “pak, bakal balik ke mudaba enggak ?”, “pak kok nggak pamitane”, dan lain-lain, dan sejenisnya.
Entah selama ratusan hari kedepan, entah menjadi orang seperti apa aku ini, aku pun belum bisa membayangkan. “12 purnama akan ku lalui, semoga nona sudi menunggu hingga aku kembali”. itu adalah gaya tulisan Wijang Pulung meniru AADC yang pasaran itu. Tai lah.
Akhirnya langkah saya pun telah sampai di gedung sekolah pasca sarjana lantai 5, Universitas Pendidikan Indonesia. ( UFI ).
Bersambung…
AADC= Ati Ati Di Calan?
BalasHapusnaon a'? leur euy. deui deui. aadc mah antara aku dan cuci (suci).
Hapus