Minggu, 12 November 2017

Jangan Menyerah

Sekarang saya sedang minum susu firsian flag rasa strowbery. Duduk di depan indomaret jalan taman siswa. Ada bapak tua sedang duduk di tanah sekitar 1 meter dibawah kursi yang saya duduki. Dia menghisap rokok lintingan yang sudah dia persiapkan (mungkin) dari rumah. Mungkin dengan rokok lintingannya, dia bisa lebih santai menyikapi dagangan peyek nya yang tak laku-laku. Sesekali dia rapikan peyek yang dia jual yang dia bawa dari rumah. Jalan tamsis (taman siswa) terkenal dengan keramaiannya. Tapi, tatapan mata bapak ini terlihat sepi.
Tadi saya sudah beli satu. Satu peyek harganya lima ribu. Hati nurani saya kacau. Wira-wiri anak SMA dan SMP habis pulang les, bercengkrama dengan temannya, dengan bahasa gaul nya, lewat depan bapak tua yang berjualan peyek. Blas, memandanginya pun tak mau. Ini saya mau ber argumen, terserah setuju atau tidak. Banyak orang kaya yang menggunakan mobil-mobil mewah bilang, “kalau mau dapet duit ya kerja, jangan minta-minta, jangan jadi pengemis !”. katanya. Banyak pengemis juga bilang, “saya mau kerja apa, ijazah pun tak punya, mau berjualan pun tak laku.” Katanya. Si pengemis menambahkan, “saya pernah mencoba bekerja, dengan cara berjualan, tapi tidak dihargai, tidak laku, dan akhirnya saya menyerah, dan mengemis.” Katanya.
Mungkin kalian sering bilang pengemis itu orang yang malas. Tapi dimata saya, mereka adalah orang yang menyerah. Menyerah terhadap keadaan. Hari ini saya mencoba membeli daganganya, bukan berarti saya suka peyek, tapi saya berharap, semoga bapak ini tidak menyerah, tetap berusaha berjualan, Dan tidak kalah oleh keadaan. Amin.

Jangan mengemis ya pak. Ok ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar