Untuk para jiwa-jiwa pemberani yang tak pernah takut mati, walau telapak tangan raksasa mengancamu sewaktu-waktu. Sesuap nasi tak terlalu beresiko, itu tak berbahaya. Andai setiap membeli beras kau harus melewati ancaman pembunuhan, kau akan merasakan apa yang kami rasakan.
Sehari tidak menghisap darah kami bisa mati. Kami nyamuk, itu makanan pokok kami, jangan diperdebatkan. Nggak bisa kamu ganti menjadi sirup atau jus jambu. Kami pun berkeluarga, beranak pinak dan sejahtera. Kami harus melahirkan anak nyamuk dari perut ibu yang bergizi. Agar kelak bisa menjadi pejuang darah yang gagah berani, yang tidak mudah mati jika disemprot atau dipukul menggunakan jari.
Kenapa kau bisa semudah itu membunuh keluarga kami ? apa kau Tuhan ? bisa semena-mena berkehendak menentukan siapa yang akan mati hari ini. waktu bayi naluri membunuhmu masih tumpul. Semakin dewasa kau di ajarkan menjadi pembunuh yang ulung. Seolah-olah tindakan pembunuhan nyamuk adalah hal yang wajar. Setelah kau bunuh pun, terkadang masih sering kau patahkan kaki kami untuk menakut-nakuti pejuang kami yang lain.
Sejujurnya, kami tidak takut. Kami adalah pemberani, kemarin rabu kau bunuh ayahku, kamisnya kau bunuh ibuku. Hari jumat ku tantang kau sendiri. Tanpa ayah, tanpa ibu. Akhirnya hari jumat aku pun mati. Mati dengan gagah berani, mati di telapak tangan sang ilahi. Walau hari ini aku mati, teman-temanku akan selalu hadir kembali, selalu ada, selalu nyata, dan berlipat ganda.
Lebih baik mati dibunuh manusia daripada mati dibunuh teman sendiri. Kami sesama nyamuk memiliki jiwa prikenyamukan, sesama nyamuk tak akan pernah salling membunuh. Kalau manusia ? ah memang luar biasa makhluk yang satu ini. jangankan nyamuk, semua hewan aja dibunuh. Belum pernah kulihat ayam mbunuh ayam, kucing mbunuh kucing, nyamuk mbunuh nyamuk.
Kalau manusia mbunuh manusia ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar