Sabtu, 12 Agustus 2017

Jika Aku Menjadi

Enak enggak sih ngebayangin menjadi sesutu yang lain ? ya nggak taulah, saya kan egois. Maunya dimengerti, tapi nggak mau mengerti. Tapi sekarang saya mau mencoba untuk menjadi sesuatu yang lain. Mencoba mencari sudut pandang lain, dari berbagai hal yang ada di dunia ini. Dan-Dan kemaren sore saya pulang dari kampus melewati ring road bagian selatan. Di perempatan saya melihat sesosok laki-laki atau perempuan, embuh lah ra ngerti, sedang duduk bersandar di tiang lampu. Dia membawa es teh dan sedang berteriak-teriak nggak karuan. Oh siapa dia ? oh jelas dia adalah orang gila. Kenapa dia teriak-teriak ? apa dia sangat bahagia ? ya, saya juga nggak tau. sejak saat itu saya merenung gimana sih rasanya jadi orang gila , gimana sih pola pikir orang gila ? dan bagaimana sih sudut pandang orang gila ? dan mungkin kira-kira akan seperti ini :
“ haii, saya orang gila, saya suka jalan jalan sendirian. Saya nggak punya teman, setiap orang yang saya deketi pasti lari ketakutan. Saya bisa hidup tanpa HP, saya bisa hidup tanpa paketan, saya bisa hidup tanpa TV, saya bisa hidup tanpa rumah, saya bisa hidup tanpa pakaian, dan saya bisa hidup tanpa agama. Soal umur , usia saya bisa di adu dengan anak-anak remaja yang bunuh diri atau ketabrak kereta api saat selfie. Saya punya opsi mati, tapi saya tidak pernah memilih untuk mati. Tak masalah orang-orang melihat tubuh saya telanjang, dijalanan, berlumuran debu, asal terus melangkah, asal terus percaya di depan masih ada sisa makanan di tong sampah, saya akan tetap melangkah. Saya tidak punya agama, saya tidak solat, saya tidak ke gereja, saya tidak ke kuil, dan saya tidak pernah beribadah. Tapi saya percaya tuhan. Saya tidak pernah menghina tuhan, saya selalu berterimakasih kepada tuhan, karena memberikan tubuh yang sempurna, tak kedinginan jika malam hari, dan tak kepanasan jika siang hari. Saya tak pernah bingung tentang hari esok, saya tak pernah takut dengan hari esok. Besok makan apa, besok dapet apa, besok masih hidup atau mati, saya tak pernah menanyakan hal itu ke tuhan. Karena menanyakan hal itu ke tuhan berarti saya telah menghina tuhan. Tuhan sudah mengatur jalan setiap-setiap manusia. Jangan pernah kasihan melihat saya, justru saya yang kasihan melihat anda. Bagaimana bisa ada manusia stres cuman gara-gara uang. Padahal saya hidup sampai sekusut ini pun masih tetap hidup walau tanpa uang. Uang? Untuk apa uang ? beli baju ? beli beli tas ? beli hp ? gengsi ? beli makan ? makan nggak perlu uang. Di tong sampah masih banyak yang bisa di makan. No problem. Kata siapa itu sumber penyakit, kenyataanya saya masih sehat sampai sekarang. Saya masih bisa berjalan, saya masih bisa bernyanyi, saya masih bisa berteriak-teriak sesuka hati. Dan bahkan saya tak pernah merasa kedinginan maupun kepanasan. Saya heran dengan orang jaman sekarang, putus cinta lalu galau, sedih, bahkan ada yang bunuh diri. Emang kenapa kalau buya hamka bilang kalau hidup jangan sekedar hidup ? saya hidup memang sekedar hidup, tapi saya tak pernah merugikan orang lain. Mungkin cuman kencing dan eek sembarangan. Saya sendiri, saya kuat, saya tak membutuhkan orang lain dalam melakukan apapaun. Saya tak butuh siapapun. Saya bisa menjalani hidup ini sendiri. Benar-benar sendiri. Saya siap mati dimana saja, saya siap mati kapan saja, tapi saya tak pernah bunuh diri. Ada orang yang menjadi presiden, ada yang menjadi dokter, ada yang menjadi dosen, ada yang menjadi guru, ada yang menjadi artis. Jika banyak orang sudah begitu, biarlah saya tetap gila seperti ini. bukan soal tampil beda, tapi agar keseimbangan peran tetap terjaga. Kalau semua manusia di dunia ini waras, siapa yang berperan jadi orang gila ? bukankah itu peran yang harus saya jalankan ? ”
Ya kira-kira begitulah mungkin makna teriakan-teriakan orang gila kemaren sore. Wah hebat, ternyata saya bisa tafsir teriakan, saya bisa memahami bahasa orang gila. Salut buat saya sendiri. Tapi sebenarnya peran yang paling membahagiakan di dunia ini bukanlah menjadi orang gila. Tapi menjadi kucing. Kenapa kucing ? karena tinggal ngusap-ngusap bokong ke kaki majikan, langsung di kasih makan. Eh saya mempraktekan mengusap-usap bokong ke kaki ibunda, langsung di gajul. Lebih enakan juga menjadi kucingnya raditya dika, punya kamar sendiri, punya kasur sendiri, dan punya jodoh sendiri ! edan. kalau menjadi kucing kampung sih tinggal di kasih ikan asin pasti seneng banget. Padahal ikan asin nya punya lesung pipi. Eh ternyata ikan manis. Tapi juga sebenarnya peran yang paling kasihan di dunia ini adalah menjadi cacing. Dia selalu tidur di tanah, kadang bersebelahan dengan bangkai manusia dan bangkai-bangkai yang lain. Belum lagi kalau cacingnya melahirkan. Ada cacing keluar dari perut cacing, eh ternyata cacingnya cacingan. Pantesan nggak doyan makan. Hm. Tapi selain yang hidup di tanah, ada juga peran yang kasihan hidup di udara, yaitu menjadi nyamuk. Kenapa nyamuk ? karena nyamuk terbang sendirian. kalau berdua pasti pacaran, kalau bertiga pasti... pasti yang berdua pacaran yang ketiganya jadi setan. Atau jadi obat nyamuk ? ya kalau jadi obat nyamuk sih ketiga-tiganya pasti mati. Ah udah ah, gara-gara  “jika aku menjadi”  aku menjadi gila. Jangan-jangan yang duduk di perempatan kemaren sore sambil bawa es teh sambil teriak-teriak adalah.... cacing ? atau kucing ?


 yaa, bisa jadi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar