Jumat, 08 Februari 2019

Asrama, Asmara


Menyeruput teh Thailand. Sambil membangkitkan kata-kata yang mulai kehilangan daya K.O nya. Kata-kata yang sudah tidak lagi powerful dan sudah turun kasta dari heavyweight ke kelas bantam. Kehidupan asrama yang semakin hari semakin endang bambang gurindang ini membuat tubuhku semakin teng plekenyik dan semakin bujel untuk memulai, memilah, dan memilih kata. Apalagi ditambah kisah asmara di asrama yang semakin hari semakin membuatku ingin memasukan kepala mereka ke roda pit anak-anak kecil lalu di gowes sak kemenge sampai timbul suara brett-ebret-ebret-ebreeeet tel sampai ndas-ndas mereka ucul. Satu persatu para buaya menampakan dirinya dan berusaha meng unboxing hati para betina incaranya. Para kuceng genit nan kecil yang berusaha mengrawut-grawut dengkul untuk menyadarkan mereka pun di abaikan. "Meong meong meong", yang kurang lebih artinya "ada kekasihmu yang menunggu di daerah asalmu, kenapa kalian sebrengsek ini" pun tak di gubris. Insting buayanya menjagal, jagal apa saja yang penting mereka senang, mereka menang. Persyetan kekasih di daerah pada susah karena aku, yang penting asyik, sekali lagi ~ Asyiiiiiiik. Ya beginilah kehidupan asmara. Ya begitulah kehidupan asrama. Kandang para buaya jantan dan betina.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar