Malam ini aku ingin menjadi brontosaurus, agar bisa mengintipmu langsung dari luar jendela. Tak perlu turun tangga, tak perlu bertemu di loby. Kita ngobrol saja lewat lubang jendela. Kamu berbicara tentang hari ini, aku juga berbicara tentang hari ini. Heh kamu, sekarang aku sudah menjadi brontosaurus. Kamu tak perlu repot-repot turun dari atas untuk mencari makan. Biar aku saja yang belikan, biar aku saja yang bawakan. Kamu tinggal menunggu di jendela, kugigit plastik makananmu, langsung ku angkat ke depan jendelamu. Jika kamu mulai lelah turun tangga, prusutan di leherku juga ide yang bagus. Nanti kamu pegang leherku. Lalu kamu tinggal mak plusut langsung sampai lantai paling bawah. Kalo kamu capek naik tangga, taruh saja pantatmu dihidungku, duduk saja disitu, nanti kuangkat kamu ke jendela kamarmu. Nanti kamu sedikit melakukan aksi akrobatik untuk masuk melewati celah celah jendela kamarmu. Menyenangkan menjadi brontosaurus, tapi kalau hujan susah nyari tempat berteduh. Pakai payung juga cuman kepala aja yang ketutup. Ah aku mau sepayung denganmu. Tapi payungnya pasti nggak cukup. Ah, aku tak mau punah sebelum sepayung denganmu. Aku harus buat payung seukuran gymnasium. Biar kita bisa sepayung. Oiya, kenapa hari ini aku banyak ngomong. Padahal aku sudah berjanji untuk mengurangi kata-kata. Yaudahlah. Hari ini kuota kataku sudah mau habis, tinggal sisa 3 kata : aku sayang kamu.
Sabtu, 16 Februari 2019
Jumat, 08 Februari 2019
Asrama, Asmara
Menyeruput teh Thailand. Sambil membangkitkan kata-kata yang mulai kehilangan daya K.O nya. Kata-kata yang sudah tidak lagi powerful dan sudah turun kasta dari heavyweight ke kelas bantam. Kehidupan asrama yang semakin hari semakin endang bambang gurindang ini membuat tubuhku semakin teng plekenyik dan semakin bujel untuk memulai, memilah, dan memilih kata. Apalagi ditambah kisah asmara di asrama yang semakin hari semakin membuatku ingin memasukan kepala mereka ke roda pit anak-anak kecil lalu di gowes sak kemenge sampai timbul suara brett-ebret-ebret-ebreeeet tel sampai ndas-ndas mereka ucul. Satu persatu para buaya menampakan dirinya dan berusaha meng unboxing hati para betina incaranya. Para kuceng genit nan kecil yang berusaha mengrawut-grawut dengkul untuk menyadarkan mereka pun di abaikan. "Meong meong meong", yang kurang lebih artinya "ada kekasihmu yang menunggu di daerah asalmu, kenapa kalian sebrengsek ini" pun tak di gubris. Insting buayanya menjagal, jagal apa saja yang penting mereka senang, mereka menang. Persyetan kekasih di daerah pada susah karena aku, yang penting asyik, sekali lagi ~ Asyiiiiiiik. Ya beginilah kehidupan asmara. Ya begitulah kehidupan asrama. Kandang para buaya jantan dan betina.
Langganan:
Postingan (Atom)