Enak enggak sih ngebayangin menjadi sesutu yang lain ? ya
nggak taulah, saya kan egois. Maunya dimengerti, tapi nggak mau mengerti. Tapi sekarang
saya mau mencoba untuk menjadi sesuatu yang lain. Mencoba mencari sudut pandang
lain, dari berbagai hal yang ada di dunia ini. Dan-Dan kemaren sore saya pulang
dari kampus melewati ring road bagian selatan. Di perempatan saya melihat
sesosok laki-laki atau perempuan, embuh lah ra ngerti, sedang duduk bersandar
di tiang lampu. Dia membawa es teh dan sedang berteriak-teriak nggak karuan. Oh
siapa dia ? oh jelas dia adalah orang gila. Kenapa dia teriak-teriak ? apa dia
sangat bahagia ? ya, saya juga nggak tau. sejak saat itu saya merenung gimana
sih rasanya jadi orang gila , gimana sih pola pikir orang gila ? dan bagaimana
sih sudut pandang orang gila ? dan mungkin kira-kira akan seperti ini :
“ haii, saya orang gila, saya suka jalan jalan sendirian.
Saya nggak punya teman, setiap orang yang saya deketi pasti lari ketakutan. Saya
bisa hidup tanpa HP, saya bisa hidup tanpa paketan, saya bisa hidup tanpa TV,
saya bisa hidup tanpa rumah, saya bisa hidup tanpa pakaian, dan saya bisa hidup
tanpa agama. Soal umur , usia saya bisa di adu dengan anak-anak remaja yang
bunuh diri atau ketabrak kereta api saat selfie. Saya punya opsi mati, tapi
saya tidak pernah memilih untuk mati. Tak masalah orang-orang melihat tubuh
saya telanjang, dijalanan, berlumuran debu, asal terus melangkah, asal terus
percaya di depan masih ada sisa makanan di tong sampah, saya akan tetap melangkah.
Saya tidak punya agama, saya tidak solat, saya tidak ke gereja, saya tidak ke
kuil, dan saya tidak pernah beribadah. Tapi saya percaya tuhan. Saya tidak
pernah menghina tuhan, saya selalu berterimakasih kepada tuhan, karena
memberikan tubuh yang sempurna, tak kedinginan jika malam hari, dan tak
kepanasan jika siang hari. Saya tak pernah bingung tentang hari esok, saya tak
pernah takut dengan hari esok. Besok makan apa, besok dapet apa, besok masih
hidup atau mati, saya tak pernah menanyakan hal itu ke tuhan. Karena menanyakan
hal itu ke tuhan berarti saya telah menghina tuhan. Tuhan sudah mengatur jalan
setiap-setiap manusia. Jangan pernah kasihan melihat saya, justru saya yang
kasihan melihat anda. Bagaimana bisa ada manusia stres cuman gara-gara uang. Padahal
saya hidup sampai sekusut ini pun masih tetap hidup walau tanpa uang. Uang? Untuk
apa uang ? beli baju ? beli beli tas ? beli hp ? gengsi ? beli makan ? makan
nggak perlu uang. Di tong sampah masih banyak yang bisa di makan. No problem. Kata
siapa itu sumber penyakit, kenyataanya saya masih sehat sampai sekarang. Saya
masih bisa berjalan, saya masih bisa bernyanyi, saya masih bisa
berteriak-teriak sesuka hati. Dan bahkan saya tak pernah merasa kedinginan
maupun kepanasan. Saya heran dengan orang jaman sekarang, putus cinta lalu
galau, sedih, bahkan ada yang bunuh diri. Emang kenapa kalau buya hamka bilang
kalau hidup jangan sekedar hidup ? saya hidup memang sekedar hidup, tapi saya
tak pernah merugikan orang lain. Mungkin cuman kencing dan eek sembarangan. Saya
sendiri, saya kuat, saya tak membutuhkan orang lain dalam melakukan apapaun. Saya
tak butuh siapapun. Saya bisa menjalani hidup ini sendiri. Benar-benar sendiri.
Saya siap mati dimana saja, saya siap mati kapan saja, tapi saya tak pernah
bunuh diri. Ada orang yang menjadi presiden, ada yang menjadi dokter, ada yang
menjadi dosen, ada yang menjadi guru, ada yang menjadi artis. Jika banyak orang
sudah begitu, biarlah saya tetap gila seperti ini. bukan soal tampil beda, tapi
agar keseimbangan peran tetap terjaga. Kalau semua manusia di dunia ini waras,
siapa yang berperan jadi orang gila ? bukankah itu peran yang harus saya
jalankan ? ”
Ya kira-kira begitulah mungkin makna teriakan-teriakan
orang gila kemaren sore. Wah hebat, ternyata saya bisa tafsir teriakan, saya
bisa memahami bahasa orang gila. Salut buat saya sendiri. Tapi sebenarnya peran yang paling membahagiakan di dunia ini bukanlah menjadi orang gila. Tapi menjadi kucing. Kenapa
kucing ? karena tinggal ngusap-ngusap bokong ke kaki majikan, langsung di
kasih makan. Eh saya mempraktekan mengusap-usap bokong ke kaki ibunda, langsung
di gajul. Lebih enakan juga menjadi kucingnya raditya dika, punya kamar sendiri, punya kasur
sendiri, dan punya jodoh sendiri ! edan. kalau menjadi kucing kampung sih tinggal di
kasih ikan asin pasti seneng banget. Padahal ikan asin nya punya lesung pipi. Eh
ternyata ikan manis. Tapi juga sebenarnya peran yang paling kasihan di dunia
ini adalah menjadi cacing. Dia selalu tidur di tanah, kadang bersebelahan dengan
bangkai manusia dan bangkai-bangkai yang lain. Belum lagi kalau cacingnya
melahirkan. Ada cacing keluar dari perut cacing, eh ternyata cacingnya
cacingan. Pantesan nggak doyan makan. Hm. Tapi selain yang hidup di tanah, ada
juga peran yang kasihan hidup di udara, yaitu menjadi nyamuk. Kenapa nyamuk ? karena nyamuk
terbang sendirian. kalau berdua pasti pacaran, kalau bertiga pasti... pasti
yang berdua pacaran yang ketiganya jadi setan. Atau jadi obat nyamuk ? ya kalau
jadi obat nyamuk sih ketiga-tiganya pasti mati. Ah udah ah, gara-gara “jika
aku menjadi” aku menjadi gila. Jangan-jangan
yang duduk di perempatan kemaren sore sambil bawa es teh sambil teriak-teriak
adalah.... cacing ? atau kucing ?
yaa, bisa jadi.