Setiap manusia memiliki hati, dan setiap hati pasti bisa
patah. Hari ini saya akan menceritakan tentang beberapa patah hati terdahsyat
yang pernah saya alami. Patah hati yang membuat hidup saya berantakan, goyah
dan larut dalam kesedihan. Patah hati yang membuat saya paham apa arti patah
hati dan saya bisa mengambil pelajaran dari kisah patah hati.
Ada beberapa patah yang masih saya ingat sampai hari ini.
Semakin saya mencoba untuk melupakan justru bayang-bayang kenangan semakin
nyata. Hari ini saya akan memberanikan diri menceritakan kisah patah hati
terhebat yang pernah ada.
Semua berawal dari suatu pagi. Pagi itu keadaan
biasa-biasa aja. Burung masih asik bernyanyi nyamuk demam berdarah masih liar
berterbangan dan cicak masih nempel di tembok. Pagi itu semua manusia lapar dan
ingin sarapan. Termasuk saya. Setelah mengantar erin saya pergi ke suatu tempat
yang ada meja dan kursinya. Yang ada tendanya. Yang ada gelasnya, yang ada
mangkoknya, yang ada kecapnya, yang ada sendok garpunya, yang ada mas-mas
berdiri sedang nyiduki sebuah bubur ke mangkok. Itulah warung bubur ayam. Saya membeli
satu , saya bungkus dengan plastik agar lebih mudah dibawa. Kalau saya pegang
pakai tangan nanti buburnya tumpah-tumpah dan sudah dingin sampai di rumah. Saya
pulang dengan rianag gembira sambil nyanyi-nyanyi dijalan. Siapapun yang lewat
jalan raya saya sapa karena saya sedang bahagia. Tetapi tidak satupun yang
membalas sapaan hangat itu.
Sesampainya dirumah bubur langsung saya ambil dan saya
tumplakan ke mangkok. Saya makan dengan lahap sambil melihat sekeliling apakah
ada tikus yang kepengen. Tiba-tiba bubur langsung habis, saya terkejut. Siapa yang
menghabiskan bubur ini ? lalu saya berkaca dan melihat bekas bubur di mulut. Ternyata
yang menghabiskan adalah saya sendiri. Sambil mengelap gabres di mulut, saya
berjalan menuju tempat minum. Selagi saya masih berjalan , saya melihat plastik
putih tergeletak di meja makan. Lalu saya bukak. Dan seketika itu juga saya
berteriak astaghfiruloh sangat keras. Saya langsung tak bisa berkata-kata. Ternyata
krupuk di dalam plastik belum saya makan. Dan bubur sudah terlanjur habis. Seketika
itu juga saya menangis keras sekali. Tikus di belakang lemari tertawa
terbahak-bahak. Cicak pun juga tertawa tapi ditahan karena takut nanti saya
marah di kemudian hari. Saat itu saya merasakan patah hati terdahsyat selama
hidup saya. Kenapa ya allah, kenapa semua ini harus terjadi pada hambamu ini. Hamba
yang selalu menyembahmu, hamba yang kadang-kadang taat beribadah, kenapa ya
allah, Kau memberikan cobaan seberat ini.
Beberapa hari setelah kejadian itu saya jadi nggak mau
makan. Nggak mau makan bubur. Kalau yang lain masih mau makan. Makan banyak
sekali. Beberapa hari berlalu dan saya masih belum bisa melupakan kenangan
kelam itu. Kenangan yang membuat saya ditertawakan tikus dan cicak, kenangan
yang membuat hati saya pecah berkeping-keping tidak karuan. Kerupuk yang
seharusnya dilahap dengan bubur ayam bisa-bisanya terlupakan dan tidak
termakan. Semakin mengingat hati saya semakin sakit. Butuh beberapa bulan untuk
menyembuhkan luka di hati. Dan akhirnya saya berhasil melupakan bubur ayam
seutuhnya. Dan akhirnya setelah kejadian itu saya tidak pernah lupa menuangkan
kerupuk di atas bubur ayam.
Beberapa hari setelahnya, setelah saya berdamai dengan
masa lalu saya yang kelam bersama bubur ayam, saya mencoba merajut harapan baru
bersama indomi goreng. Dulu kami pernah dekat, tapi semenjak ada bubur ayam,
dengan terpaksa saya mejauh dari indomi goreng. Tapi di suatu malam indomi
goreng kembali merayu dan saya tak kuasa menolak aroma indomi goreng. Akhirnya saya
memasak dan memakanya dengan lahap di malam itu. Setelah saya menghabiskan
indomi goreng dan menjilati piring, saya berjalan menuju tempat peminuman. Disaat
melakukan perjalanan menuju tempat peminuman, saya melihat bawang indomi goreng
yang lupa saya taburkan di atas indomi goreng yang sudah matang. Seketika itu
saya berteriak sangat keras. Saya menangis terbahak-bahak sambil
nglesot-nglesot di tanah. Ekspetasi saya yang tinggi dengan melihat bawang
goreng tersaji di atas indomi goreng sirna sudah. Blunder sudah terjadi. Sedih kembali
melanda, semacam mengalami patah hati kedua, tapi saya sudah tidak bisa
berkata-kata. Kekecewaan yang mendalam sudah merasuk kedalam tubuh ini. Susah tidur
melanda gara-gara bawang indomi goreng. Tapi setelah patah hati dengan bubur
ayam saya sudah cukup bisa mengolah hati dengan benar. Akhirnya saya sudah
tidak terlalu galau dengan indomi goreng.
Saya pernah patah hati dengan teh lupa gula, dengan kulit
ayam goreng yang jatuh ke tanah, dengan pinggiran tempe goreng yang di curi
tikus, dan dengan goodday mocacino tanpa coco grandule. Tetapi tak ada patah
hati yang lebih hebat dari bubur ayam dan bawang indomi goreng. Semakin patah
semakin kuat. Cuman hati yang bisa begini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar